Gue tahu. Lo gak perlu ceramahin gue!" Bara berucap dengan nada tinggi.
Miftah menoleh ke sana kemari.
Takutnya, suara Bara terdengar keluar mobil dan nantinya akan menciptakan kegaduhan.
"Gue tahu kalau dengan sikap gue yang kayak anak kecil, dari dulu …. Itu membuat Karin sangat sedih." Bara mengangguk-angguk.
....bab
Miftah melihatnya seperti orang yang tidak waras.
Dia memang menyadari sikapnya yang selalu bodoh dan suka ingin menang sendiri.
"Tapi, kan lo selalu ada buat dia. Dia juga mencintai lo, Mif." Bara tersenyum. Sinis.
Miftah sampai geleng-geleng kapala karena Bara kembali membahas soal itu lagi.
"Bar!" tegur Miftah.
"Apa, hem? Gue berkata sesuai fakta." Bara mengangkat dagunya. Dia menantang Miftah.
Miftah menatap Bara prihatin.
Miftah tahu, Bara sakit hati karena dulu cintanya bertepuk sebelah tangan.
Bukan hanya dulu. Sekarang pun juga sama.
Dan selalu Miftah yang menjadi alasannya.
Baik Karin, maupun Rani.