Chereads / Mr, posesif / Chapter 12 - tegang part 2

Chapter 12 - tegang part 2

Kenzo menarik rambut Niken dengan beringasnya.

"Kamu tau kenapa aku bisa memperlakukan kamu seperti ini hah, itu karena aku sangat membenci kamu, aku sangat membenci wanita murahan seperti kamu, apakah kamu lupa Niken, jika aku adalah Tuanmu dan aku adalah junjungan mu!"

"Atas dasar apa kamu mengatakan jika aku adalah wanita murahan hah, atas dasar apa?" Niken tak mau kalah.

"Itu karena aku melihat kamu yang berani merangkak ke atas ranjang seorang peria, dan untuk mendapatkan uang, bahkan kamu sudah hidup Dengan ku tapi masih memikirkan untuk hidup dengan lelaki lain, apa kamu lupa Niken, hidup da mati keluarga mu ada di tanganku ngerti kamu!" Kenzo menghempaskan kepada Niken. Hingga membuat kepala Niken terbentur

"Hiks, aku tak tau apa salah aku sama kamu, hingga kamu bisa berbuat keji seperti ini sama aku, aku akan pastikan jika aku bisa keluar dari dalam neraka ini, akan aku pastikan kamu juga akan sama merasakan rasanya sakit seperti yang aku rasakan Kenzo!" Niken berucap dengan sangat mantap.

"Hahahaha, lepas, kamu ingin lepas dari sin,i jangan mimpi Niken, hidup kamu akan selamanya terikat dengan ku, kamu sendiri yang meminta suntik terikat dengan ku, jadi jangan salahkan aku jika aku akan mengikatmu untuk selamanya!" Setelah mengucapkan hal seperti itu, Kenzo langsung meninggalkan Niken ya g sedang meringis kesakitan.

"Hiks, kenapa dia sangat kejam, apa yang terjadi kepadanya, kemarin dia masih bersikap baik kepadaku, tapi sekarang, kenapa dia seperti setan?" Niken memeluk tubuhnya sendiri yang masih dalam keadaan meringkuk.

Di dalam rintihannya, tiba-tiba ada seseorang yang membantunya berdiri.

"Bangun Nona, anda tidak pantas berbaring di lantai!" Orang tersebut membantu Niken.

Niken dengan lemahnya pun mencoba bangkit.

Niken di papah ke arah sofa yang ada di lantai atas.

Orang tersebut mencoba mengobati setiap luka yang ada di tubuh Niken.

"Kamu siapa, kenapa kamu mau membantu saya?" Ujar Niken sambil dengan suara lemah.

"Saya pelayan di sini Nona, perkenalan nama saya Sinta, saya sudah lama bekerja di sini," sinta mengolesi setiap luka yang ada di tubuh Niken.

"Terimakasih, karena kamu sudah mau membantu saya," Niken menatap Sinta dengan tatapan sendu.

"Sama-sama, saya membantu Nona karena itu adalah kewajiban saya sebagai seorang manusia,"

"Sinta, apakah kamu tau, kenapa tuan Kenzo bisa bersikap seperti itu kepada saya, atau memang beliau sering bersikap kasar kepada semua orang?" Niken menatap Sinta dengan tatapan sedih dan juga kecewa.

"Tidak, saya tidak tau Nona, saya sering melihat Tuan seperti itu, karena Tuan sedang marah," Sinta menjelaskan semuanya.

"Tapi, apa salah saya, hingga membuat Tuan marah?" Niken bertanya kepada Sinta.

"Saya tidak tahu Nona, coba Nona pikir sendiri, kenapa Tuan bisa sampai marah seperti itu terhadap Nona!"

"Aku rasa, aku tidak melakukan kesalahan apapun, yang aku ucapkan itu semuanya benar Sinta, jika aku berniat untuk membayar semua hutangku kepadanya, karena aku tak mau jika harus di jadikan budak nafsu olehnya, aku ini juga punya perasaan sin!" Niken meremas dadanya sendiri, karena Niken merasa sangat sesak di dalam dadanya itu.

"Mungkin hal itu yang membuat Tuan marah, Tuan tak mau jika Nona membayar hutangnya kepada Tuan, karena tuan sebenernya sayang sama Nona!" Sinta berucap sambil terus mengobati luka Niken.

"Sinta, bolehkan aku bertanya?" Niken menatap Sinta dengan tatapan sendu.

"Silahkan, apa yang akan nona tanyakan?" Sinta menghentikan aktivitasnya.

"Apakah, Tuan Kenzo sudah memiliki kekasih?" Niken menggigit bibir bawahnya.

"Kekasih ya Nona, setau saya sih, kalo kekasih tuan tidak punya, tapi kalo wanita, dia memang mempunyai banyak sekali wanita, salah satunya ya Nona ini," Sinta tersenyum.

"Em, Sinta bisakah aku meminjam ponselmu?" Niken menatap Sinta dengan penuh harap.

"Untuk apa Nona?" Ujar Sinta.

"Aku sangat merindukan adik dan ibuku, aku ingin mendengar suara mereka Sinta!" Niken menatap tajam ke arah depan.

"Tapi, untuk hal itu saya tidak bisa membantu, saya takut jika nanti Tuan akan menghukum saya!" Sinta meremas tangannya sendiri.

"Tapi, aku sangat merindukan adikku Sinta, aku mohon. Tolonglah aku sekali saja, lagipula Tuan tidak mungkin mengetahui jika aku meminjam ponselmu kan?" Niken menatap Sinta dengan tatapan berharap.

Sinta berpikir keras, di satu sisi ia sangat kasihan kepada Niken, di satu sisi dirinya takut jika Kenzo mengetahui perbuatanya.

"Baiklah, akan aku berikan, tapi, nanti nona jangan bilang apa-apa ya sama Tuan Kenzo!" Sinta mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam sakunya.

"iya, aku janji, aku tidak akan bilang apapun kepada Tuan Kenzo, sekali lagi terimakasih Sinta, hanya kamu yang bisa membantu aku saat seperti ini!" Niken menggenggam tangan Sinta.

"Cepatlah, saya takut jika tuan Kenzo akan marah jika ia tau kalo saya memberikan Nona pasilitas di sini!" ujar Sinta sambil melihat ke sekeliling

Dengan gesit, Niken langsung mengetik nomor ponsel adiknya, ia sangat berharap jika Aldo akan mengangkat sambungan teleponnya.

di dalam angkutan umum.

drt drt. Ponsel Aldo bergetar di dalam saku celana.

"Siapa ini, kenapa no kontak nya tidak ada namanya, apakah ini no baru?" Aldo berpikir sejenak dan langsung mengangkat panggilan itu.

"Halo, siapa ini?" ujar Aldo dengan suara yang sedikit di keras kan karena ia masih berada di dalam angkutan umum, yang pastinya banyak suara bising.

"Halo, Dek. Ini Kaka, apakah kamu bisa mendengar suara Kaka?" ujar Niken di sebrang sana.

"Hah, Kaka, maksudnya Ka Niken?" Aldo menutup telinganya sebelah.

"Iya Dek, ini Kaka, Kaka pakai ponsel temen Kaka buat menghubungi kamu, kamu lagi di mana, kenapa suaranya bising sekali?" ujar Niken di sebrang sana.

"Hah, apa Ka, aku lagi ada di dalam mobil ka, aku berencana akan pergi kerumah Tuan Kenzo, aku akan menjemput Kaka!" ucap Aldo Dnegan suara yang di tinggikan, supaya Kakanya bisa mendengar perkataannya.

Namun, tiba-tiba sambungan telepon terputus

"Yah, kenapa aku bisa lupa, kalo baterai ponselku habis, bagaimana ini, pasti ka Niken sedang kebingungan?" Aldo menggoyangkan ponselnya.

"Loh, kenapa mati, ini kenapa sin?" Niken menatap Sinta sambil memberikan ponselnya.

"Sepertinya, bayarannya habis, Apakah Nona tidak apa-apa?" Sinta mengambil ponselnya dan menatap Niken.

"Tak apa Sinta. Tapi, tadi Aldo bilang jika dia akan menjemput ku, apakah dia tau jika aku ada di sini?" Niken bertanya kepada dirinya sendiri.

"Tidak mungkin Nona, rumah ini sangatlah jauh dari jalan utama, tidak mungkin jika adik Nona, bisa sampai dengan selamat kerumah ini!" ujar Sinta.

Niken terlihat sangat hawatir dan gelisah.