"cek, dasar lelaki buaya, kalo udah dasarnya buaya ya tetap akan jadi buaya, gak mungkin bisa berubah menjadi kadal!" Niken menendang-nendang rumput yang ada di depannya.
kini Niken sedang berada di halaman belakang gedung, karena acara tersebut juga di laksanakan sampai area belakang gedung, karena memang gedung itu memiliki taman yang sangat indah.
Niken melihat sebuah bangku kosong yang ada di dekat kolam besar.
"Wah, sepertinya enak tuh, kalo aku duduk di sana, daripada harus nunggu si curut itu, eh. Gak boleh bilang seperti itu, Bagaimana pun dia kan Tuanku," Niken berjalan dengan sangat baik.
Niken mendaratkan bokongnya pada bangku tersebut, rasanya sungguh nikmat.
berjam-jam berdiri dan melihat pemandangan yang membosankan, Akhirnya Niken bisa beristirahat dengan tenang.
namun, ternyata kenyamanan itu hanya berlangsung sebentar, karena tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh pucuk kepalanya.
Niken dengan sepontan langsung melihat ke arah orang yang sedang memegang kepalanya itu.
"Tuan, aku kira siapa, kenapa Tuan bisa ada di sini, bukanya tuan lagi sibuk sama teman Tuan ya?" Niken berbicara tanpa hentinya.
"Memangnya kenapa, apakah kamu cemburu jika saya terlalu sibuk berbicara dengan wanita lain?" Kenzo ikut bergabung dengan Niken.
"Loh, mau apa Tuan, kenapa Tuan malah ikut duduk di sini?" Niken menggeser tubuhnya.
"Di sini bebas, mau saya duduk di mana saja, itu hak saya, hak kamu apa melarang-larang saya?" Kenzo menatap Niken dengan tatapan datar.
Niken yang mendapatkan tatapan seperti itu pun langsung tertunduk.
"Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka, sungguh seram!" Niken berbicara sambil mengusap-usap rumput yang ada di depannya.
"jangan menunduk, bukanya sudah ku bilang jika kamu tak boleh menunduk!" Kenzo menaikan dagu Niken.
Niken dan Kenzo sama-sama menatap mata masing-masing.
dari tatapan itu, kini malah menjadi sebuah kecupan yang sangat lembut, entah bagaimana caranya, sampai Kenzo bisa berada di dekat Niken. Bahkan Niken pun tak bisa menolak pesona dari sang Casanova.
lumayan demi lumayan itu terus saja terjadi, hingga menimbulkan gejolak yang lebih dari sekedar bercumbu.
Tangan nakal Kenzo tak henti-hentinya meraba seluruh tubuh sexsi Niken, bahkan Kenzo berani memasukan tangan ya ke arah selangkangannya Niken.
saat masing-masing sedang merasa berada di puncaknya, tiba-tiba ada suara seseorang yang berada di belakang mereka.
otomatis, aktifitas tersebut terhentikan dengan begitu saja.
Kenzo menarik nafasnya dalam-dalam karena ia belum bisa menuntaskan semuanya, sedangkan Niken, ia malah langsung tertunduk malu.
Kenzo menatap orang tersebut Dnegan tatapan tak suka.
"Em, maaf, Tuan saya kemari hanya ingin memberitahukan, Jika anda sudah di panggil oleh MC!" orang tersebut sebenarnya tak enak hati karena telah mengganggu aktivitas yang panas itu.
"Baiklah, kamu masuk saja terlebih dahulu, nanti saya akan menyusulnya!" Kenzo berbicara dengan nada dingin.
setelah orang tersebut pergi, Kenzo menatap Niken yang sedang tertunduk dengan senyuman nakal.
"Malu ya, apa mau kita teruskan di tempat yang lebih tertutup sayang?" Kenzo malah berbisik dengan sangat sexsi.
Niken sontak langsung mendongakkan kepalanya.
"Em, Niken malu tau, Niken..." Niken tak bisa melanjutkan ucapannya.
Kenzo melepaskan jas nya dan memakainya kepada Niken.
karena ulahnya kini penampilan Niken sudah berubah menjadi berantakan.
"Pakai ini, kamu pasti sangat kedinginan, Lagian, penampilan kamu sekarang sudah sangat berantakan, bahkan bibir kamu pun sudah mulai membesar," Kenzo berbicara seperti itu tanpa beban.
sedangkan Niken, ia langsung melotot dan memegang bibirnya, ternyata benar, jika bibirnya sudah mulai membesar.
"Ah, bibirku, ini kenapa bisa jadi sebesar begini?" Niken menatap Kenzo dengan tatapan penuh tanya.
"hahaha, itu karena hasil karyaku, sudah. Lebih baik kamu kembali kedalam mobil, biar pengawal yang akan menghantarkan kamu, saya harus segera kembali kedalam," Kenzo mengelus pucuk kepala Niken.
akhirnya Niken di antarkan oleh pengawal dengan selamat.
namun, di ujung sana, ternyata ada sebuah mata yang terus saja menatap Niken.
tatapan itu sepertinya penuh dengan ambisi.
Kenzo dengan gagahnya berjalan ke arah kerumunan para bangsawan tersebut, ternyata Kenzo sudah di tunggu-tunggu sedari tadi, karena acara ini akan segera di tutup.
"Baik, karena tuan Casanova kita sudah hadir di tengah-tengah kita, mari kita rayakan penutupan acara ini dengan sangat meriah!" ucap MC yang membawa acara tersebut.
akhir acara tersebut akhirnya berjalan dengan sempurna.
semua orang menikmati setiap kegiatan yang di lakukan di sana.
Bahkan Kenzo saja sedang menikmati penutupan acara tersebut dengan menggandeng dua wanita sekaligus.
sedangkan di depan gedung.
lelaki yang sedri tadi terus saja menatap Niken, langsung menghampiri mobil yang sedang di jaga ketat itu.
"Maaf, Tuan Anda sedang apa di sini?" Ujar pengawal yang sedang menjaga Niken.
"Tidak, saya di sini hanya ingin mengunjungi teman saya saja," ujar lelaki itu sambil membuang sebatang rokok yang telah di hisap sampai tandas itu.
"Teman, siapakah teman Anda? Sedari tadi saya di sini tidak melihat siapapun," ujar pelayan itu sambil melihat ke arah sekeliling.
"Teman saya ada di dalam mobil ini, apakan Anda bisa menukarkan pintu untuk saya?" pinta lelaki itu dengan sopan.
"Maaf, di dalam hanya ada Nona kami, Anda tidak bisa masuk kedalam!" pengawal itu menghalangi lelaki itu.
"Apakah kalian tidak mengenal saya?" ujar lelaki itu dengan senyuman jahat
"saya mengenal Anda, Anda adalah tuan muda Riko," ujar sang pengawal.
sedangkan di dalam mobil.
Niken menatap pemandangan luar dengan tatapan tak suka, Niken mengamati dua orang yang sedang berbincang itu.
"sedang apa dia di sini, bukanya dia lelaki tadi?" Niken mencoba membuka kaca jendela mobilnya.
tiba-tiba kepala Niken muncul dari balik jendela dan itu membuat Riko tersenyum
"Hay, apakah saya sudah menganggu kamu?" Riko bertanya dengan sangat sopan.
"Tidak, memangnya kamu mau apa di sini?" Niken malah bertanya.
"saya, hanya ingin berbicara sebentar dengan kamu, apakah kamu bersedia?" Riko tersenyum lembut kepada Niken.
Niken hanya bisa mengerutkan keningnya.
Niken melihat ke arha pengawal yang sedang menjaganya.
"apakah boleh, Pak?" Niken bertanya dengan nada hati-hati.
"saya tidak bisa mengijinkan Nona untuk keluar dari dalam mobil!" pengawal itu kekeh dengan tugasnya.
"Maaf. Sepertinya aku tidak bisa berbicara dengan kamu!" Niken yang awalnya akan menutup kembali jendela tersebut, Tiba-tiba melihat pengawal yang tadi menjaganya sudah terkapar tak sadarkan diri.
mata Niken melotot dengan sempurna.
"Apa yang telah kamu lakukan?" Niken melihat pengawal itu dari balik jendela.
"Turunlah, kita bicara secara baik-baik di sana!" Riko menunjuk sebuah bangku yang tadi ia duduki dengan Kenzo.
"Tapi, Aku tak bisa!" Niken mencoba menolaknya dengan sangat halus.
"Nona Niken, saya tau jika kamu terpaksa harus hidup dengan Tuan Kenzo, karena anda memiliki hutang kepadanya bukan?" Riko menatap Niken dengan tatapan yang tak bisa di tebak.
Niken menatap Riko juga dengan tatapan aneh.
"bagaiamana dia bisa tau, kalo aku punya hutang kepada tuan Kenzo, apakah dia cenayang?" Niken mendumel di dalam hatinya sendiri.