Chereads / Mr, posesif / Chapter 2 - malam panas

Chapter 2 - malam panas

Karena terlalu lelah dengan aktifitas yang sangat menguras tenaga, Niken terlelap di dalam mimpinya dengan tubuh yang hanya terbalut selembar kain selimut.

"Emh, tubuhku. Semuanya terasa sakit sekali," Niken mengaduh.

"Bagaimana sayang, apakah tidurmu nyenyak?" tanya Kenzo yang sedang duduk di sofa depan tempat tidur.

"Tuan Kenzo?" Niken dengan segera menutup tubuhnya dengan selimut yang ada.

"Kenapa? Untuk apa kamu tutupi semua itu, semuanya sudah aku lihat, untuk apa di sembunyikan?" dengan senyum menyeringai.

"A-aku, Aku hanya," Niken terbata bata.

"Apa, tujuanmu?" Kenzo bertanya dengan wajah yang serius dan sorot mata yang tajam dan Niken hanya bisa menelan ludahnya saja ketika melihat sorot mata Kenzo.

Niken sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun, karena Kenzo merasa telah membuang buang waktu saja Kenzo pun memberikan uang dalam berbentuk cek.

"Ini ambil! Ini kan yang kamu mau?" Kenzo memberikan cek yang telah di isi uang sebesar 50 jt

Niken mengambil cek tersebut dan melihat nominalnya.

"Bisa kah kamu memberikan aku uang 200 juta?" ucap Niken dengan suara bergetar.

Kenzo terhenyak merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Jadi, uang segitu kurang ya? Tapi bagiku tak apa lah, uang sebesar 200 jt tidak ada untungnya bagiku, ambillah ini!" Kenzo melempar cek ke arah wajah Niken.

Dengan tangan gemetar, Niken mengambil cek tersebut.

"Terimakasih, aku akan mengembalikan uang ini secepatnya," Niken dengan segera beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar tersebut dengan hanya terbungkus selimut saja.

Kenzo yang mendengar dan melihat itu pun di buat tak habis pikir dengan kelakuan Niken, tapi saat dirinya akan pergi ke kamar mandi, Kenzo melihat noda merah yang ada di atas tempat tidur.

Dirinya menghampiri noda tersebut

"Jadi, dia masih perawan. Menarik," Kenzo tersenyum misterius.

Di dalam perjalanan menuju rumah sakit Niken telah berpakaian rapih, dan telah berpakaian lengkap, dia pun telah pergi ke bank untuk mencairkan uang tersebut.

Dengan hati yang masih merasa resah, ia membawa uang tersebut ke rumah sakit sepesial  jantung tersebut.

"Dion, bagaimana keadaan Ayah?" Niken berjalan menghampiri adiknya yang sedang duduk sendiri di ruang tunggu.

"Kaka, Kaka kemana saja? Dion sudah menghubungi Kaka beberapa kali Ka," sambil beranjak dari duduknya.

"Maafkan Kaka iya, Kaka habis kerumah teman Kaka," sambil mengelus tangan adiknya itu.

"Ka, apakah Kaka sudah membawa uangnya?"

"Sudah Dek, ini tas yang Kaka bawa di dalamnya ada uang sebesar 200 juta. Jadi kamu tenang saja iya,"

"Tapi, dari mana Kaka mendapatkan uang itu?"

"Ada, dari teman Kaka, Kaka meminjamnya darinya, Kaka mau ke tempat administrasi dulu iya, agar Ayah segera di operasi,"

Niken pun berjalan meninggalkan adiknya dan pergi ke ruang administrasi.

"Bagaimana Nona Niken, apakah Anda sudah memiliki uangnya?" ucap Dokter.

"Sudah Dok, Ini uangnya. Saya harap Anda bisa menolong Ayah saya Dok," dengan wajah yang penuh dengan harapan.

"Baik. Sus tolong persiapkan segala sesuatunya!" ucap Dokter kepada suster yang ada di sana.

"Baik Dok," suster itu pun langsung bergegas menyiapkan segala sesuatunya.

"Nona, berdoa saja. Semoga operasi ini berhasil dan ayah anda sembuh kembali,"

"Iya Dok, aamiin," sambil mengusapkan kedua tangannya di wajahnya.

Sekarang ayah Niken sudah berada di dalam ruang operasi, Dan sedang bertaruh nyawa.

Sedari tadi Niken terus saja berjalan kesana kemari, ia  merasa tidak tenang dan resah menunggu ayah nya yang sedang di Operasi.

"Niken, Nak kamu sudah kembali?" Bibi menghampiri Niken. Bibinya yang baru saja datang ke ruang operasi.

"Iya Bi, Bi Ayah sedang di Operasi. Semoga  semuanya lancar Bi," sambil memegang tangan Bibinya itu.

"Amin, sayang, maafkanlah Bibi mu iya, karena Bibi tidak bisa membantu kamu untuk mencari uang," dengan wajah yang sedih.

"Iya Bi, tak apa. Sekarang kita harus sama sama berdoa untuk kesembuhan Ayah, sekarang Niken hanya butuh kekuatan dari Bibi," Bibi memeluk Niken.

"Tapi, Nak Bibi boleh tanya sama kamu?"

"Apa Bi?" Sambil menatap mata Bibinya itu.

"Kamu, mendapatkan uang sebanyak itu dari mana?"

"Em, itu. Niken dapat minjam dari teman Niken Bi," bohong Niken.

"Benar, jika uang itu dapat dari teman kamu kan, kamu tidak berbuat yang tidak-tidak kan?" Sambil memegang kedua pundak Niken.

"Tidak Bi, Niken tidak berbuat yang tidak-tidak," ucap Niken dengan wajah yang pucat.

"Syukurlah, teman kamu itu Sungguh baik. Nanti tolong pertemukan Bibi dengan nya iya Nak, Bibi ingin mengucapkan banyak-banyak  berterima kasih kepadanya. Uang sebesar 150 jt itu tak sedikit Nak," ucap Bibi dengan wajah tenang.

"Iya Bi, Niken juga tak menyangka," dengan senyuman yang di buat tulus.

Niken sengaja meminta kepada Kenzo uang sebesar 200 jt, Karena sisa uang itu ia akan pakai untuk membuka usaha jika nanati ayahnya sudah sembuh kembali.

Di tempat lain

"Bagaimana, apakah kalian sudah menemukan data tentang gadis itu?"

"Sudah Tuan, ini dokumennya," pengawal itu memberikan sebuah map ke hadapan Kenzo.

"Baik, kalian sudah boleh keluar!"

Kenzo membuka map tersebut, dan membacanya dengan senyuman.

"Ziken wijaya. Nama yang bagus," ucap Kenzo

"Tapi, apa ini. Kenapa dirinya sudah memiliki kekasih, oh tidak. Aku tak akan membiarkannya. Karena mulai saat ini gadis itu adalah milikku. Tak akan aku biarkan jika orang lain memilikinya!"

Kenzo terus saja memperhatikan Poto yang ada di map tersebut, entah mengapa Kenzo merasa candu dengan wajah Niken.

"Sayang, aku janji kita akan bertemu lagi," Kenzo tersenyum misterius.

Di rumah sakit

Sudah beberapa jam Ayahnya di operasi tapi, belum ada tanda tanda jika operasinya telah selesai.

"Bagaimana ini, Bi? sudah 5 Jam ayah di dalam tapi, belum ada tanda tanda untuk keluar?" dengan wajah yang sangat sangat cemas.

"Kamu yang tenang iya, sayang. Kita doakan saja Ayah kamu agar dirinya kuat di dalam sana,"

Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan operasi tersebut.

"Dok, bagaimana  dengan keadaan Ayah saya Dok?" Niken menghampiri dokter tersebut dengan di dampingi oleh Dion dan Bibinya.

"Maaf, kami sudah berusaha dengan semaksimal mungkin, tapi Tuhan telah berkehendak lain," dengan menundukan kepalanya.

Wajah Niken dan Dion seketika pucat pasi dan tubuh mereka menjadi lemas tak bertenaga.

"Maksud, Dokter apa? Kenapa Dokter bicara seperti itu?" ucap Niken sambil memegang kerah baju Dokter tersebut.

"Maafkan, kami Nona. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, karena penyakit Ayah Anda memang sudah menjalar kemana_mana, mungkin ini sudah menjadi kehendak dari sang pencipta. Anda harus bersabar iya," Niken melepaskan cengkramannya itu.

"Ayah, Tidak ayah, hik hik hik, Bi Ayah Bi?" Niken menangis sejadi jadinya.

"Tenang Ka, Kaka harus kuat, Ayah pasti tak suka melihat anaknya lemah," ucap Dion dengan berderai air mata.

"Tidak Dek, Kaka tak terima, Ayah. Ayah kenapa Ayah meninggalkan kita Dek kenapa?"

"Sadar Nak, ini sudah kehendak Tuhan yang maha kuasa." Bibi menguatkan Niken, padahal dirinya sama terpuruknya dengan Niken.