"Apa maksud kamu Ardan?"
Ardan menarik tekuk Arini lalu melumat bibir sang istri dengan lembut, air matanya juga mengalir. Ia sebenarnya tidak ingin melihat Arini terus terluka lagi, ia sudah sering membuat sang istri terluka dan menderita. Kini ia semakin menyakiti Arini dengan datang sekejap lalu pergi.
Arini mendorong kuat tubuh Ardan, ia lalu turun dari meja pantry. Mendekat ke arah Ardan, memandang lekat wajah pria yang amat ia cintai itu.
"Jadi ini tujuan kamu menemuiku? Kamu hanya ingin mengatakan ini? Kamu jahat Ardan! Kapan kamu akan mengerti perasaanku?"
Hati Arini begitu semakin sesak ketika Ardan menundukan wajahnya, tak berani menatap matanya.
"Jawab!" teriak Arini. Suaranya menggema di ruangan yang hanya ada ia dan Ardan itu.
"Maafkan aku Arini," ucap Ardan lirih.