5 tahun kemudian.
Waktu dengan cepat berjalan, hidup pun juga ikut berubah dari waktu ke waktu.
Tahun demi tahun Arini lewati bersama sang putra dengan penuh suka dan duka. Arini masih tetap sendiri tanpa ada cinta yang singgah di lubuk hatinya, karena hatinya sudah benar-benar ia kunci rapat dan hanya ada satu nama di hatinya yaitu Ardan. Sampai kapanpun Arini tidak akan pernah melupakan Ardan, biarpun sedetik. Selama ini Arini hidup dengan topengnya yang berpura-pura hidup bahagia dan tak pernah menangis, namun ada waktu dimana ia akan menangis sekencang-kencangnya dan mengutarakan semua isi hatinya, yaitu disetiap sujudnya.
"Bunda! Ayo cepetan!"
"Ya Sayang sebentar!"
Arini buru-buru mengoles lipstiknya sembarangan karena jagoan kecilnya sudah menunggu sejak tadi.
"Maaf ya Sayang." Arini mengecup pipi cabi sang putra.
"Bunda gak disiplin!" ujar anak kecil berumur 4 tahun 5 bulan itu.