Air mata mengalir di pipiku tanpa diminta saat ini. Aku tidak bisa menahan mereka lagi. Aku tahu dia peka, bahwa hubungan kami tidak biasa, bahwa dia melihat lebih dari orang lain. Aku tidak menyadari dia melihat semuanya. Dia tidak hanya melihat semuanya, dia memahaminya. Bahkan Ibu, yang tahu apa yang aku perjuangkan, tidak dapat benar-benar mengerti bahwa aku adalah inilah aku. Dia menerimanya, tanpa syarat. Aku tidak pernah berpikir aku akan bertemu seseorang yang memahaminya.
"Bunga bakung?" kata Asher lembut.
"Aku mencintaimu," semburku di antara air mataku. "Aku juga ingin selamanya. Melampaui selamanya," lanjutku dalam bisikan.
Wajah Asher berubah total, melunak sepenuhnya. Mata cokelatnya berkobar ke dalam mataku. "Menikahlah denganku," katanya dengan suara serak penuh emosi.
Aku tidak ragu-ragu. Tidak seperti yang aku lakukan dengan yang lainnya. Memikirkannya secara berlebihan, mencoba menemukan maknanya. Aku tidak perlu mencari arti.
"Oke," bisikku.