Aku memejamkan mata, dalam upaya untuk membungkam suara itu, untuk fokus pada ledakan yang akan segera terjadi. Tangan itu bergerak dari tulang selangka ke belakang kepalaku. Mataku terbelalak.
"Kau terus menatapku," Asher menunduk, rahangnya tegang saat dia terus berdebar. "Matamu yang indah akan menatap mataku setiap detik, jadi kamu tahu apa ini. apa kamu. Milikku," gerutunya.
Dengan kata-kata itu datanglah klimaksku, pelepasan tak terlupakan yang hampir tak tertahankan yang telah aku idam-idamkan sejak dia meninggalkanku pagi ini. Dia seperti obat, yang sudah membuatku kecanduan. Kukuku menggigit bagian belakang luka Asher saat aku mengendarai ombak, saat aku membiarkannya menyapuku.
Aku terengah-engah saat turun. Mata Asher belum beranjak dari mataku. Dia telah berhenti bergerak, tapi dia masih keras di dalam diriku.
Tangannya pergi ke pantatku, dan dia mengangkatku.
Aku mengeluarkan sedikit kejutan saat ini, karena itu membuat kulit lembutku tergelitik.