Seperti yang Herman katakan, Ameera setuju untuk datang ke kamar Axton. Tak peduli dengan waktu yang sudah sangat larut, nyaris jam dua belas malam. Kebetulan juga, ia belum tidur karena Daisy terus memohon-mohon padanya sejak tadi. Mungkin malam ini akan menjadi waktu yang pas untuk bertemu Axton setelah beberapa hari diabaikan oleh pria itu.
Perlahan, Ameera membuka pintu kamar Axton yang tidak terkunci. Ia melesak dengan penuh hati-hati. Matanya yang bulat tidak sibuk memperhatikan ruangan, tetapi langsung tertuju pada Axton yang telah duduk di tepi ranjang. Sepertinya pria itu telah menunggunya.
"Axton?" ucap Ameera menyebut nama suaminya. Langkanya terayun secara pasti ke arah pria itu. "Kau memanggilku?"
Axton menatap Ameera tanpa ekspresi. Sebuah raut yang sulit diprediksi. Jalan pikirannya saat ini pun sangat tersembunyi. Apalagi untuk Ameera yang begitu naif, tak mungkin baginya untuk menebak apa yang Axton rencanakan.