Pagi tiba, mereka berdua semalam menginap di kantor karena tidak mungkin mereka pulang ke mansion dengan kondisi seperti itu.
Theo sudah lengkap dengan pakaiannya yang sudah tersedia di kantor, pakaian ini adalah pakaian Theo jika sedang ada urusan darurat dan jika Theo ingin mengganti pakaian.
Berbeda dengan Reina, tidak ada yang bisa Reina pakai, oleh sebab itu Theo menyuruh Reina untuk memakai kemejanya yang kebesaran. Sambil menunggu bajunya yang baru, Theo sudah memesan pakaian beserta dalamannya untuk Reina.
Karena waktu sudah masuk jam kerja, Theo mulai bersiap untuk bekerja, Theo menyuruh Reina untuk tidur kembali setelah membersihkan diri, Theo tau Reina kelelahan.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
"Selamat pagi Tuan." Sapa Farel.
"Pagi."
"Ini paket anda Tuan." Farel menaruh paket milik Theo di atas meja, itu adalah pakaian Reina juga sarapan Theo dan Reina.
"Farel." Panggil Theo.
"Iya Tuan."
"Jangan menganggu, meskipun ada hal penting, kamu tidak boleh menggangguku, kamu mengerti?"
"Mengerti Tuan."
"Kamu boleh pergi sekarang."
"Baik Tuan, saya permisi." Farel membungkuk lalu pergi.
Begitu Farel keluar, Theo berjalan menuju kamarnya. Begitu masuk Reina sedang tertidur, meskipun Theo kasian, tapi lebih kasian lagi karena Reina belum sarapan.
"Sayang." Theo duduk di samping Reina.
"Emm." Reina berbalik menatap Theo, namun matanya kembali tertutup.
"Ayo bangun."
"Emm."
"Kita harus sarapan." Theo mencium bibir Reina sekilas.
"Mau bangun atau kita melakukan sex morning?" Mendengar itu, Reina langsung bangun.
"Ganti dulu pakaianmu." Theo memberikan paper bag kepada Reina.
Reina menerima paper bag nya, "Iya."
"Mau aku pakaikan?" Tanya Theo dengan senyum miringnya yang khas.
"Tidak." Reina segera masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian.
"Tidak usah ganti di sana juga sayang." Ucap Theo terkekeh geli.
Beberapa saat kemudian, Reina keluar menggunakan dress longgar.
"Ayo sayang." Theo menggenggam tangan Reina.
"Iya."
Mereka keluar dari kamar lalu duduk di sofa, Theo membuka sarapan mereka, Theo lebih dulu memberikannya kepada Reina, baru dia yang makan, mereka sarapan bersama dengan sandwich dan susu.
Selesai sarapan, Theo kembali bekerja, sedangkan Reina duduk di sofa sambil menyibukkan diri membaca majalah.
Smartphone Reina menyala menandakan ada pesan masuk, Reina melihat layar, begitu tau jika Deon yang memberinya pesan, Reina menatap Theo sekilas lalu Reina membaca pesan dari Deon secara diam-diam.
[Na apa kamu baik-baik saja? aku belum mendapat kabar darimu, dan dari semalam kamu belum membalas pesanku]
[Na, Chan dan Rose juga menanyakan keadaanmu]
[Aku baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir] balas Reina.
[Syukurlah, kapan kita bisa ketemu lagi?]
[Maksudku kita semua, aku, kamu, Chan dan Rose]
[Maaf Deon, aku tidak bisa lagi ikut bergabung bersama kalian]
[Kenapa? apa aku mengganggumu Na]
[Tidak, bukan begitu Deon, hanya saja aku sedang sibuk, jadi maaf, aku tidak bisa lagi bergabung bersama kalian]
Setelah itu, Reina lebih memilih tidak menanggapi Deon karena Reina takut Theo tau. Namun Reina tidak tau bahwa smartphone nya sudah Theo sadap, tentu saja semua riwayat aktivitas Reina akan di ketahui oleh Theo, bahkan Theo bisa melacak keberadaan Reina melalui smartphonenya.
Alasan kenapa Reina menjaga jarak dengan teman-temannya itu karena Reina tidak ingin Theo marah, dan juga kini status Reina sudah memiliki suami dan keluarga sendiri, dimana Reina harus lebih mementingkan keluarganya.
Theo tersenyum melihat chat Reina dengan Deon.
"Sayang." Panggil Theo.
"Iya." Reina menjawab.
"Kemarilah." Perintah Theo.
"Ada apa?" Reina mendekati Theo.
"Sini." Theo mendudukkan Reina di pangkuannya, otomatis Reina melingkarkan tangannya di leher Theo dan Reina duduk menyamping.
"Cantik." Puji Theo sambil tersenyum, Reina yang melihat senyum Theo tentu terkejut karena senyum Theo terlihat tulus di mata Reina.
"Kenapa kamu terkejut seperti itu sayang?" Reina menggeleng sambil tersenyum.
"Reina." Panggil Theo.
"Iya." Jawab Reina.
Theo mencium bibir Reina, jika semalam ciuman Theo kasar, sekarang ciuman Theo begitu lembut.
Theo melumat bibi atas dan bibir bawah Reina bergantian begitu lembut dan pelan. Reina tentu membalas setiap lumatan Theo, mereka saling menutup mata. Lama saling melumat, Reina melepaskan lumatan mereka dan mengambil napas dengan pelan.
Theo kembali melumat bibir Reina ketika Reina menatapnya, Reina menyukai ciuman Theo yang seperti ini.
Karena ingin memperdalam lumatan mereka, Theo memegang kepala belakang Reina dan tangan satunya menyingkap dress yang Reina pakai. Paha Reina terekspos, dengan gerakan pelan tangan Theo mengelus paha Reina kemudian menjalar ke paha dalam, tangan Theo mengelus vagina Reina yang tertutup.
"Emm." Desah tertahan Reina, dan Reina meremas rambut Theo dengan ke dua tangannya.
Tangan Theo menjalar ke atas, memegang payudara kanan yang tertutup bra kemudian meremasnya pelan.
"Aahm." Lagi-lagi Reina mendesah.
Theo melepaskan lumatan mereka dan juga tangannya, Theo mengubah posisi Reina menjadi mengangkang sambil berhadapan.
"Kak Theo." Theo tau maksud Reina.
"Aku hanya ingin susumu sayang." Entah kenapa Reina malah tersipu malu karena ucapan Theo juga tatapan mata Theo yang begitu menggoda.
Theo membuka dress Reina hanya setengah badan, bra yang Reina pakai jelas terlihat, begitu melihat bahu mulus Reina, Theo tentu menyematkan kecupannya di sana.
Tangan Theo menjalar kebelakang mencari pengait bra, begitu menemukannya, Theo melepaskannya pelan dan payudara Reina pun terlihat. Theo mengecup kedua payudara Reina, payudara Reina banyak kiss mark yang Theo buat semalam, kiss mark nya masih terlihat jelas, bukan hanya di payudara saja, tapi di setiap bagian tubuh Reina yang Theo sentuh.
Karena Theo ingin lebih leluasa menikmati payudara Reina, Theo pun mendudukkan Reina di atas meja kerjanya, lalu Theo merapatkan jarak mereka dan Theo pun mulai mencium, menghisap payudara Reina dengan bibirnya, dan juga mencubit, menekan, menarik dan meremas payudara yang satunya dengan tangan.
"Aahhh."
"Emft." Theo begitu menikmati hisapannya di dada Reina.
"Kak."
"Sayang."
Tangan Reina kembali meremas rambut Theo, menyalurkan kenikmatan yang Reina rasakan begitu Theo menghisap payudaranya.
Payudara Reina basah karena saliva Theo, Theo sudah lama bermain di payudaranya, Reina pun melepaskan bibir dan tangan Theo yang menggerayangi tubuhnya.
"Kak Theo sudah." Theo pun berhenti.
Saat Reina ingin memasang kembali pakaiannya, dengan cepat Theo mengambil alih dan merapihkan kembali pakaian Reina, meskipun Theo pasti mencuri-curi kecupan saat merapihkan pakaian Reina.
"Kak Theo, aku ingin pulang," pinta Reina.
"Kamu tidak ingin menungguku?"
"Bukan begitu, aku ingin istirahat di kamar."
"Bersamaku akan lebih baik."
"Tidak, aku akan semakin lelah jika begitu." Theo tertawa pelan.
Theo mengusap kepala Reina, dan Reina hanya tersenyum, "Aku akan menyuruh sopir mengantarmu, tidak apa kan?"
"Emm, tidak apa Kak Theo." Theo mengantar Reina pulang hanya sampai depan kantor dan tentunya keberadaan mereka pasti menjadi sorotan bagi para karyawan.