Sebuah lampu berkedip dari kamar mandi.
Aku menghela nafas lega, lalu pergi dan mengetuk, pintu berderit terbuka, dan di sanalah dia, duduk di bak mandi dengan telanjang bulat.
Mustahil untuk tidak memperhatikan fisiknya yang sempurna; bahkan dalam keadaan mabuk, dia cantik seperti malaikat jatuh yang lupa tempatnya di Surga bukan neraka pribadinya.
"Kau tahu ..." Dia mengulurkan pisau raksasa dan mengacungkan mata pisaunya, mempelajari ujungnya saat tetesan darah mengalir di ibu jarinya. "Kebanyakan orang melakukan kesalahan…"
Aku membeku. "Kau mabuk, Addi. Ayo ambilkan baju untukmu"
"Idiot sialan." Pupil matanya sangat tajam saat dia menatapku dari balik bilah pisau. "Mereka memotong pembuluh darahnya dan lupa bahwa Kamu seharusnya memotongnya dengan itu. Tapi ada cara lain, Clara cara lain untuk bergabung denganmu…"
