Chereads / I Love You, My Best Friend / Chapter 5 - Chapter 5 - Jawaban Untuk Si Bos

Chapter 5 - Chapter 5 - Jawaban Untuk Si Bos

Aku memutuskan untuk menelepon Hendrick di tengah malam seperti ini.

Omong-omong, makan malam dengan Steven berjalan cukup baik dan dia bersikap manis setelah aku meminta waktu untuk bisa menjawab ajakannya untuk menjadi kekasihnya.

Ponsel Hendrick terhubung, tapi butuh waktu lama baginya untuk menjawab panggilan dariku. Aku bahkan harus meneleponnya dua kali.

"Hmm," gumamnya ketika akhirnya dia menjawab panggilanku. Aku tidak yakin di jam seperti ini Hendrick sudah tidur, karena dia selalu tidur di waktu dini hari. Tiba-tiba pikiranku menebak-nebak sesuatu.

"Kau sedang apa?" tanyaku ragu.

"Ah! Hendrick! Sayang!" Tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita. Aku menutup mulutku dan memutar bola mataku karena terkejut. Benar saja apa yang kutenak sejak tadi.

"Brengsek!" suara Hendrick menggerutu dan dia langsung mematikan panggilanku.

Aku panik. Aku melempar ponselku di atas kasur. Aku bahkan tidak bisa diam dan malah berjalan mondar-mandir di kamar.

Apa itu tadi? Apakah itu insting? Apakah mereka bercinta dan itulah yang membuat Hendrick begitu lama menjawab panggilanku?

Ya Tuhan! Kenapa dadaku terasa sakit sekarang? Bukankah seharusnya aku merasa sakit saat melihat Demico dengan wanita lain? Mengapa bahkan ketika aku mendengar suara wanita yang bersama Hendrick, itu lebihnmenyakitkan?

Aku mencoba untuk tenang. Membasuh wajahku dan melihat ke cermin. Tidak! Tidak boleh ada air mata yang terjatuh! Tidak sedikit pun. Aku harus tidur dan sebaiknya aku menjawab ajakan Steven besok. Aku tidak perlu menceritakan atau berdiskusi dengan Hendrick.

Di pagi hari aku terbangun, aku merasa masih mengantuk. Kalau bukan karena alarm, aku pasti tidak akan langsung bangun. Karena biasanya Mom atau Dad yang membangunkanku. Jadi tadi malam aku mengatur alarmku pada jam yang cukup pagi sehingga aku bisa membuat sarapan.

Tapi tunggu... Aku mendengar suara di dapur dan bau masakan. Aku langsung melompat dan turun. Lalu tiba-tiba aku menghela napas lega bahwa itu bukan perampok.

"Pagi, Baby," sapanya.

Siapa lagi yang akan memanggilku seperti itu jika bukan Hendrick? Kemarahanku karena semalam masih ada, tapi melihat dia bertindak secara alami seperti ini, amarah itu sedikit memudar.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku, meraih jus jeruk di lemari es.

"Memasak. Membuat sarapan. Zhu memintaku untuk menjagamu sebaik mungkin. Jadi, di sinilah aku," jelasnya.

Aku memutar mataku. Aku mengabaikannya saat aku duduk di kursi dan meletakkan kepalaku di meja makan. Aku masih sangat mengantuk.

"Jangan kerja kalau kau masih mengantuk," kata Hendrick santai.

"Kau ingin aku dipecat?" tanyaku kesal.

Hendrik tertawa. Dia berbalik dan meletakkan sarapan buatannya di depanku. Matanya menatapku dan ke bawah, tepat di mana payudaraku terlihat di balik lingerie yang masih kupakai.

"Kau tidak akan bisa berpakaian itu di depan Ayahmu, kan?" Dia bertanya. Dia mencoba mengalihkan pandangannya. Aku pikir sesuatu di diriku mengganggunya dan aku senang melihatnya.

"Tidak. Hanya di depan Mom dan kau."

Aku mengambil sandwich yang dibuat Hendrick dan memakannya perlahan. Tapi setelah aku melihat lagi, Hendrick masih menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa yang ingin kau bicarakan semalam?" dia bertanya.

Aku ingin mengatakannya, tapi aku pikir lebih baik aku menyembunyikan tentang Steven. Apa pedulinya Hendrick jika aku berkencan lagi? Lagipula, dia sudah punya Sera.

"Tida ada, aku hanya ingin menelepon. Ada apa?" kataku akhirnya.

"Errr, hanya saja, tadi malam kau terlihat seperti akan mengatakan sesuatu."

"Lupakan saja. Kau bahkan mematikan teleponku sendiri."

"Mayleen, aku bersama Sera. Kalai aku melanjutkan percakapan kita sambil-"

"Kau bercinta dengannya, kan? Itu yang membuatmu merasa malu atau mungkin kesal dengan panggilanku. Yah, aku mengerti," potongku.

"Maylen..."

"Sudahlah, aku juga bisa melakukannya, Hendrick. Kau pikir hanya kau yang bisa melakukannya?" Aku mengejek.

Hendrick segera diam dan menatapku dengan serius. "Apa maksudmu? Apakah kamu berencana untuk kembali ke Demico? Atau mungkin kau berkencan dengan pria lain lalu bercinta?"

Aku tidak tahu mengapa rasanya senang melihat Hendrick mengungkapkan kemarahan atau mungkin kecemburuannya padaku setelah aku mengatakan itu kepadanya.

"Bukan yang pertama, tapi bisa jadi yang kedua," jawabku santai.

Hendrick kemudian hanya diam. Dia mengambil piring dan gelasku dan mencucinya. Caranya mencuci piring kali ini benar-benar berbeda. Dia terlihat kesal dan marah.

Aku kemudian pergi ke kamarku lagi untuk mandi. Saat di kamar mandi aku memikirkannya, aku merasa bersalah jika Hendrick marah padaku. Tapi apa yang harus kulakukan? Dia juga sering membuatku kesal.

Setelah mandi aku langsung keluar dengan hanya handuk yang tergantung di tubuhku dan rambutku yang setengah basah. Akunterkejut ketika Hendrick berada di pintu kamar mandiku dengan ekspresi mengerikan.

Aku segera mengangkat alis dan melangkah ke samping untuk pergi ke lemari. "Kupikir kau akan pulang," kataku tanpa memandangnya.

"Kau tidak akan berkencan dengan siapa pun, Mayleen," bisiknya tepat di belakang telingaku. Aku terkejut tentu saja tapi aku terbawa suasana karena Hendrick sudah menyentuhku secara sensual.

"Apa pedulimu?" tanyaku mencoba bersikap biasa.

Sekarang satu tangannya perlahan menarik handukku dan tangan lainnya melingkari leherku. Nafasku tercekat. Aku merasa kita akan melakukannya lagi.

"Aku peduli, Mayleen. Kau tidak akan berkencan dengan siapa pun sampai aku memperkenalkan orang itu kepadamu. Kau sudah cukup dengan Demico, tidak ada lagi laki-laki lain," jelasnya.

Hendrick dengan kasar membalikkan tubuhku. Dia menatapku penuh nafsu dan mulai mencium bibirku dengan lembut tapi tegas. Aku juga merasakan handukku terjatuh, karena tangannya dengan terampil memainkan tubuhku dengan lembut dan membawakh kembali untuk mendapat orgasme.

***

Pagi ini aku begitu berenergi setelah tiba di kantor. Kemarahanku pada Hendrick menghilang dalam sekejap. Dia sepertinya tahu apa yang aku butuhkan dan inginkan. Seks.

Menurut instingku, kami bercinta lagi. Aku tidak tahu sebutannya apa, tapi bisa jadi inilah yang dinamakan friends witn benefits.

Well, aku akan mengambil kesempatan untuk berpacaran dengan Steven. Jika tidak berhasil nanti, maka kami akan menghentikannya dengan baik-baik.

Tidak peduli seberapa besar keinginan Hendrick agar aku tidak memiliki kekasih lagi, tapi saya membutuhkannya. Setidaknya untuk menormalkan hubungan ini. Sudah dua kali aku dan dia bercinta, aku tidak mau lagi jika hanya aku yang merasakan semua ini sebelah pihak.

Sambil menunggu Steven datang, aku mengecek ponsel dan media sosialku. Kemudian aku melihat status Sera yang muncul di beranda media sosialku.

"Tadi malam adalah malam yang luar biasa. Terima kasih, Sayang!"

Aku segera menutup ponselku dengan kesal dan meletakkan kepalaku kembali di meja kerja seperti aku meletakkannya di meja makan.

Aku sangat sedih melihat kebahagiaan Sera. Pikiranku menjadi jelek dan tentang mereka semalam masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku sudah tahu apa yang dimaksud Sera. Tapi itu terlalu berlebihan jika dia menjadikan hal-hal seperti itu sebagai status.

"Bos datang!" rekan kerja saya berbisik.

Aku segera mengangkat kepalaku dan melihat ke cermin kecil untuk melihat apakah wajahku baik-baik saja atau tidak. Setelah memastikan aku terlihag oke, Steven melewatiku. Aku buru-buru mengikutinya ke dalam.

"Ada apa, Mayleen? Apa kau melakukan pekerjaanmu dengan baik untukku?" Dia bertanya.

Aku memutar bola mataku karena dia selalu membicarakan pekerjaan. Meskipun wajahku bersinar untuknya. Tidakkah ia bisa melihat itu?

"Tidak. Bukan tentang pekerjaan," kataku kemudian.

"Jadi tentang apa?" tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Apakah kau tidak ingin mendengar jawabanku atas pertanyaanmu kemarin?" Tanyaku sambil menunjukkan wajah manisku.

Steven langsung berdiri dan memasukkan tangannya ke saku celananya. Tiba-tiba dia lebih tampan dari biasanya. Dia kemudian maju ke arahku dan jarak kami hanya beberapa inci.

Wow, aku merasa lebih pendek di depannya. "Aku ingin bertanya dulu. Bagaimana jika hubungan kita nanti tidak berhasil?"

"Kita akan menemukan cara untuk membuatnya berhasil," jawabnya.

"Dan bagaimana jika hasilnya tetap sama?"

"Yah, mungkin kita harus mengakhirinya? Tapi aku yakin aku bisa membuatmu mencintaiku, Mayleen."

Dia terdengar sangat tulus dan begitu yakin. Tiba-tiba aku tidak bisa menjawab. Tapi aku baru saja akan mengatakannya sekarang. Tapi yah, mungkin itu benar, kami akan mencoba sampai berhasil. Sayangnya, bagian terdalam hatiku masih menginginkan hubungan yang lebih serius dengan cinta pertamaku, Hendrick.

"Ya. Aku mau menjadi kekasihmu, Steven," akhirnya, kataku. Dan tiba-tiba, dia mencium bibirku setelah mendengar jawabanku.