Mata Jenny menggelap mendengarnya.
Aku dan ayah kejamku tidak saling mengenal. Bagaimana bisa aku memanggil Ayah ke sini? pikir Jenny. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertengkarannya.
Jenny menegakkan punggungnya, meletakkan tangan kecilnya yang gemuk di pinggangnya dan menantang, "Jika kau tidak percaya, telepon ayahku. Tanyakan padanya apakah Jenny adalah putrinya!"
"..." Citra sejenak tertegun dan tidak tahu harus berkata apa. Lalu, wanita yang tampak sedikit galak itu berkata sambil mencibir, "Bagaimana bisa aku mengganggu Tuan Edward karena masalah kecil ini?"
"Jadi, kau takut pada ayahku!" balas Jenny.
Edward berada di posisi teratas pebisnis di Bandung. Siapa yang berani memprovokasinya?
Tenggorokan Citra tercekat. Namun, dia kemudian berkata dengan berani, "Bagaimana mungkin? Menurutku, kau hanya meminjam nama Tuan Edward!"