Detik yang sama setelah cahaya merah itu mendarat dengan kencang di area sekitar Danau. Dentuman itu baru saja terdengar dengan sangat kencang.
Riko dengan cepat menggeser meja yang berada di sebelah nya untuk bisa melindungi dirinya dan juga Adam dari dentuman yang sebentar lagi akan terasa imbasnya.
Suara kaca pecah dengan keras. Toni yang berada terlalu dekat dengan jendela itu masih bisa terselamatkan dari pecahan kaca yang terpental akibat dentuman barusan.
Karena Toni segera mengambil langkah cepat untuk berlindung jadi dia dan Riko tidak sampai terkena imbasnya.
Setelah Toni rasa bahwa getaran dan dentuman angin itu sudah reda, Toni keluar dari bawah meja dan berdiri dengan sangat hati-hati melihat ke arah luar jendela kembali.
Dia memegang kepalanya dan menjambak rambutnya dengan kencang. Tiba-tiba dia terjatuh duduk dan bersandar di dinding dekat jendela. Matanya melotot melihat kosong ke arah depan.
Riko yang mengetahui hal tersebut langsung menghampiri Toni.
"Hei Ton kamu kenapa?" Tanya Riko sambil memegang kedua pundak Toni.
"Ton"
Toni terkesiap dan langsung memeluk Riko dengan erat.
"Rik gue takut banget Rik, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan kota kita saat ini" Ujar Toni dengan gemetar
"Hei Ton tenang dulu ada apa?" Tanya Riko mencoba menenangkan Toni.
Namun Toni tidak menjawab, dia hanya menunjuk ke arah luar jendela.
Riko pun bangkit berdiri dan melihat ke arah luar jendela, tepatnya ke area Danau.
Riko langsung terdiam, matanya melotot dengan lebar, tangannya gemetar, spontan kakinya lemas seolah tidak kuat menahan beban tubuhnya. Riko yang hendak jatuh itu langsung memegang jendela yang sudah tidak berkaca di depannya untuk membantu menopang berat tubuhnya.
"Aarghh gak mungkin!" Gumam Riko, bibirnya bergetar matanya berbinar melihat pemandangan yang sangat tidak lazim untuk di lihat.
Dia melihat area Danau itu bersih, kerumunan orang yang tadinya berada di sana, sekarang hanya menyisakan bekas tulang belulang dan juga tumpukan daging remuk yang merata membentuk bekas membulat melebar, berwarna merah darah.
Pandangan Riko terhenti ketika melihat seseorang berdiri di tengah-tengah bekas itu, hanya yang dia pijaki sekarang yang tidak ada bekas dari remukkan daging warga yang bercecer di sekitar seseorang itu berdiri,
Orang tersebut memakai jubah berwarna merah terang bersinar serta menggunakan tongkat panjang di tangan kanannya. Mata Riko tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa rupa dari orang tersebut.
"Apakah dia yang kita lihat tadi.. "
"Cahaya merah!" Sahut Toni.
Mereka berdua langsung terdiam tanpa kata, saat menyadari bahwa ada sesuatu yang jahat di luar sana. Yang sekarang sedang bertamu di kota kesayangan mereka.
Riko melepaskan pegangannya pada jendela, dan dia dengan lemas terkulai duduk di samping Toni dengan pandangan yang sama. Kosong ke arah depan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ujar Toni di keheningan malam itu.
"Aku juga tidak tahu!" Sahut Riko menjawabnya dengan nada datar tidak berekspresi.
Mereka berdua hanya bisa diam pada saat menyadari bahwa ada sesuatu hal yang memang tidak beres terjadi di kota mereka.
Semua listrik kota Pelangi padam setelah terjadinya dentuman yang ke dua. Dan hampir dari 30% penduduk dari kota pelangi ini tewas secara mengenaskan karena datangnya seseorang berjubah merah yang memegang tongkat di tangan kanannya itu.
Dan sekarang tinggal mereka bertiga saja yang berada lumayan dekat dengan area sekitar Danau, dimana di situlah benda asing pertama mendarat. Kristal Hitam, mereka menyebutkan seperti itu. Namun kristal tersebut pastinya memiliki sebuah nama tersendiri bagi mereka yang baru saja tiba dengan Kristal itu.
Malam itu berlangsung dengan singkat rasanya, Toni dan Riko tidak bisa menutup matanya sama sekali mereka hanya diam dengan posisi yang masih sama dengan mereka duduk semalam. Shock berat mereka berdua rasakan saat ini.
Namun mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa dengan kejadian yang telah terjadi semalam. Rasanya tidak ingin pergi dari tempat dimana mereka sekarang tempati. Namun jikalau semakin dekat dengan area itu, takutnya mereka bertiga bisa menjadi orang yang selanjutnya merasakan dentuman itu menghancurkan tubuh mereka.
"Kita harus segera pergi dari sini!" Ujar Toni mencoba bangkit berdiri dari duduknya. Dia mengintip ke arah luar jendela mencoba melihat apa yang sekarang sedang terjadi di luar sana.
Silauan cahaya yang sudah menyingsing pagi hari ini menyambut mereka berdua yang sedang mengintip ke arah luar dari jendela.
"Hah" Riko terkejut pada saat melihat dengan jelas bahwa benda asing yang semalam jatuh di tengah-tengah Danau Pelangi, memiliki sebuah keindahan yang luar biasa saat tertimpa cahaya pagi hari.
Kemilau dari kristal itu terlihat dengan sangat indah, namun pandangan Riko terhenti ketika melihat seseorang yang memakai jubah merah semalam itu, masih berdiri di tempat yang sama seperti semalam ia lihat.
"Toni!" Ujar Riko.
"Iya aku tahu!" Jawab Toni mengiyakan apa yang di kode kan oleh Riko.
Bahwa memang tampak aneh sekali seseorang yang memakai jubah merah itu tidak berpindah tempat sama sekali, dia berdiri di tempat yang sama dari semalam sampai pagi ini.
Membuat Riko dan Toni bertanya-tanya kembali akan kejadian aneh tersebut.
"Arghhh"
Mereka berdua langsung menoleh ke arah belakang pada saat mendengar bahwa Adam sudah sadar dari pingsannya.
"Adam" Teriak Riko sambil mendekat ke arah Adam.
Toni langsung bergegas mengambil segelas air putih untuk di berikan ke Adam.
"Ini minum dulu" Toni memberikan segelas air putih itu kepada Adam yang baru saja sadar dari pingsannya dan mencoba untuk di dudukan oleh Riko.
"Bagaimana?" Tanya Riko sembari membenarkan duduk Adam.
Adam hanya menganggukkan kepalanya setelah sudah merasakan nyaman saat dia duduk.
"Ada apa ini?" Tanya Adam dengan melihat sekeliling "Kita dimana?"
"Sebelum kamu bingung dengan banyak hal, aku dan Riko akan menjelaskan semuanya, tapi dengan satu syarat!"
"Apa?" Jawabnya lemas.
"Jangan memotong cerita sebelum kami selesai bercerita. Dan jangan terkejut saat kami bercerita!" Ujar Toni menimpali.
"Baiklah" Jawab Adam mengiyakan persyaratan yang di berikan oleh Toni.
"Jadi kamu sudah pingsan sudah hampir satu hari..."
Mereka berdua bercerita kepada Adam, semuanya mereka ceritakan kepada Adam, dari sejak kejadian dimana dia menolong Riko hingga dia tidak sadarkan diri. Hingga sampai pagi ini.
Setelah Toni dan Riko bercerita, Adam hanya diam tidak berkata sedikit pun.
Matanya memandang kosong ke arah depan. Dan tubuhnya lemas saat mendengar cerita yang di ceritakan oleh Toni dan Riko.
Adam meminum segelas air putih itu dengan satu kali tegukan saja hingga habis.
"Kita harus segera pergi dari sini" Ujar Adam setelah beberapa menit dia hanya diam tanpa kata.
"Iya kita pergi kemana?" Tanya Riko bingung.
"Ke tempat yang jauh dari mereka!" Sahut Adam berdiri kemudian berjalan menuju ke arah jendela.
Dia melihat sebuah pemandangan yang sama seperti Toni dan Riko lihat tadi pagi.
"Kita harus cari cara agar bisa menghabisi orang berjubah merah itu!" Ujar Adam sambil mengepalkan tangannya geram saat melihat seseorang berjubah merah itu.