Inilah saat yang membuat Nata mulai tegang. Ia bak patung di tengah jalan. Hanya bisa mengawasi, matanya bergerak ke sana dan kemari, mencoba mengenali tempat asing yang sedang dikunjungi dirinya selepas senja berakhir. Mamanya menghantar Nata kemari. Katanya, ia harus mulai melakukan kursus di luar jam sekolah mulai sekarang. Nata harus lebih rajin lagi, hitung-hitung dia adalah wanita karier di masa depan. Perusahaan sang ayahanda akan jatuh ke tangannya melihat Nata adalah anak tunggal dari pengusaha kaya.
Nata tak bisa mengelak. Ia tak mampu melawan apapun lagi. Toh juga, Nata tak punya tujuan yang lain. Syukur-syukur semesta sudah memberikan jalan yang paling terang sekarang ini. Ia hanya cukup berusaha. Mengikuti alur dan cerita yang sudah dibuatkan untuk dirinya. Nata tak perlu mencari apa itu mimpi dan cita-cita.