Dewi meninggalkan putrinya di sana. Tak apa, toh juga bukan sarang penjahat. Seperti dugaan, Farah adalah orang yang ramah dan murah senyum. Nyaman rasanya berbincang, dia juga ditawari untuk mampir dan bergabung, hitung-hitung sebagai teman baru yang sebaya. Namun, dia menolaknya. Bukan tak suka, Dewi harus pulang segera sebelum suaminya sampai ke rumah. Dia harus menyiapkan banyak hal, termasuk makan malam untuk pria yang dia cintai. Itulah sebabnya ia memilih untuk lekas kembali ke rumah.
Nata berada di depan sebuah meja besar. Ini bukan kali pertama dia datang, sudah pernah sekali dulunya. Namun, tidak sampai menjelajahi semua ruangan yang ada di dalam rumah ini. Dia tak tahu kalau ruang makannya begitu nyaman.
"Duduk, Nak." Farah meraih bahunya. Membuat Nata duduk senyaman mungkin. "Mama kamu nggak mau disuruh mampir juga, padahal kita cocok tadi," katanya mengimbuhkan. Tersenyum manis. Menatap gadis yang ada di sisinya.