Pertemuan yang tak diharapkan, tetapi nyatanya Rama Aksa Megantara mengindahkan surel yang masuk ke dalam ponselnya. Seseorang mengajak bertemu, tetapi bukan Alby atau Lingga, melainkan gadis yang dipikir Rama sudah tidak ada lagi Indonesia. Namun, dia masih di sini. Bahkan sekarang duduk tepat di depan Rama. Memandangi wajahnya dengan penuh ketegasan.
Tak ada yang berbicara dalam beberapa menit terakhir, Rama hanya duduk, memandang keluar jendela kafe yang sepi. Jam segini, memang bukan jam untuk makan siang atau sekadar nongkrong di kafe. Ini bukan akhir pekan, semua orang pasti sibuk dengan hari kerja dan sekolah. Hanya mereka saja yang mengabaikan itu untuk sejenak. Memilih untuk saling bersua.
"Lo cuma akan duduk di sana dan menatap gue begitu? Seharian penuh?" Rama melirik ke arah Angel. Dia tak tersenyum, hanya menarik satu sisi bibirnya, menyeringai tipis.
Katanya ada yang penting. Ada beberapa yang ingin dibicarakan dengan Rama. Jadi, mereka harus segera bertemu.