Malam menyertai langkah kakinya. Nata pulang dengan harapan kosong sebab Lingga enggan memberikan jawaban dari pertanyaan yang dia ajukan, katanya tak mau ikut campur lagi. Sudah syukur Alhamdulillah sebab Nata mau datang dan meleburkan semua amarah di dalam hatinya. Secara tiba-tiba, tentu saja membuat Lingga sedikit terkejut. Namun, dia tak bisa menolaknya. Lingga juga senang dengan kabar baik itu. Katanya juga, dia bisa menjalani hari dan melangkah dengan pasti tanpa ada beban dan rasa bersalah jika sudah begini. Selama ini Nata lah yang menjadi beban dan pikiran untuk Lingga. Dia selalu saja berada dalam rasa bersalah yang tidak pernah berujung.
Di depan sana, seseorang sudah menunggu Nata. Bersandar tepat di depan sisi tiang lampu jalanan. Melipat tangannya rapi sembari menenteng sebuah kantung plastik berukuran sedang. Sepertinya dia baru saja belanja dari swalayan.