Lingga menatap tumpukan ayam yang ada di depannya. Perhatiannya tak bisa fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan sekarang. Pikirannya masih tertinggal pada kenangan kemarin malam, bersama Nata. Gadis itu memutuskan komunikasi. Pergi begitu saja selepas bus datang menjemputnya. Tak mau berlama-lama bersama Lingga. Bahkan Lingga melihat tatapan mata Nata yang terlihat begitu lain, seakan kemarin malam, yang sedang dihadapinya bukan Lanata gadis polos yang tiga bulan lalu menangis di dalam pelukannya. Akan tetapi, dia adalah orang lain.
"Memikirkan gadis yang kemarin malam atau gadis yang selalu datang menunggu di depan restoran?" Seseorang menepuk pundaknya dengan kasar. Amanda. "Aku melihat kakak berjalan mengikutinya. Kalian berbicara kemarin, dia juga seorang teman?" tanyanya dengan polos. Gadis ini tak tahu apapun, hanya sok tahu dan sok bijak.