Hari terakhir ujian kelulusan.
Rama menatap papan yang ada di depannya. Hari terus berjalan, tetapi sampai siang ini, dia belum punya keberanian apapun untuk mengatakan yang sebenarnya pada sang kekasih. Dia masih belum punya keberanian untuk bisa mengatakan semuanya pada Nata dengan jujur.
"Mama menghubungi kemarin." Seseorang menyela diamnya Rama. Tentu saja. Siapa lagi memangnya? Hanya Alby yang akan membicarakan itu dengannya.
Rama menoleh. Menatap orang yang baru saja menghampiri dirinya.
"Lalu?"
"Dia bertanya bagaimana keadaan Papa Bimo, bagaimana keadaan Rama, dan lupa bertanya bagaimana keadaan anaknya. Alby tersenyum miring di bagian akhir kalimat. "Sepertinya dia belum melepas kenangan di Jakarta. Semuanya baginya masih sama saja. Tak ada yang berubah."
Rama menghela napasnya kasar. "Jadi?"
"Jawab dengan benar. Jangan seperti itu," ujar Alby menyela. "Lo marah sama gue karena gue memukul lo kemarin? Lo terbawa perasaan?"