"Dia datang ...." Lingga berucap dengan lirih kala seseorang menarik gagang pintu dan mendorong pintunya. Seakan sudah diperkirakan sebelumnya, Rama tak akan betah tinggal, meksipun itu hanya menginap beberapa hari di rumah ayahnya yang lama. Bukan pasal kemewahan, jika ditelisik dengan baik dan benar, tempat itu jauh lebih nyaman dan lebih luas juga lebih layak untuk dihuni ketimbang tempat tinggal Rama sekarang. Namun, ketika hati sudah tak nyaman, maka raga tak akan pernah bisa dipaksakan. Nyatanya, Rama enggan untuk tinggal di sana.
"Kenapa balik?" Lingga menyapa. Duduk di ujung sofa, menghadap pintu masuk.
Rama yang baru saja datang dengan membawa kanvas berukuran sedang dan beberapa alat gambar hanya diam, menatap orang yang seakan sedang menguasai rumahnya ini.
"Bukankah perjanjian dengan Nata adalah tiga hari. Lo baru satu hari tidur di sana. Lo gak betah?" Lingga tertawa menutup kalimatnya.