Alby menatap dengan penuh kecemasan. Tak ada kata yang bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaannya sekarang. Dia hanya menunduk, memejamkan rapat kedua matanya. Ia ingin menangis, tentu saja. Semua pikiran buruk telah merusak kewarasannya. Namun, dia tak bisa apa-apa lagi. Duduk diam, menanti semuanya adalah cara yang paling baik sekarang.
Alby membayangkan banyak hal, tentang pertemuannya kemarin dengan Shanza. Siapa yang pernah menyangka itu? Kemarin malam adalah pertemuan dirinya dan Shanza untuk yang terakhir kalinya. Jika memang dia tahu bahwa semuanya akan berakhir kemarin malam, Alby tak akan pernah mau pulang. Dia akan menjaga Shanza dan mengawasi gadis itu sepanjang malam. Rasa sayangnya untuk Shanza memang bukan sebagai pria dan wanita, tetapi rasa sayang sebagai kakak laki-laki yang jauh lebih besar dari sepasang kekasih.
Menyebalkan, persetanan untuk keadaan yang ada sekarang. Semuanya terjadi tanpa adanya aba-aba. Keadaan menelan bahagia dan harapan baiknya.