Jari jemarinya menyela milik Nata, menggenggamnya dengan begitu erat, seakan-akan enggan untuk lepas takut kalau Nata akan pergi dan menghilang. Bus kota berjalan dengan laju yang sedang, sesekali berhenti di perempatan jalan, atau di sisi lampu merah yang sedang menyala dengan terang. Tak ada pembicaraan, sunyi di dalam hati meksipun riuh di luar sana. Teman-temannya asik menyambut liburan ini, meksipun sebenarnya bukan liburan yang serius. Mereka harus belajar dengan cara yang berbeda. Harusnya, Nata juga bahagia, seperti sebelumnya. Bahkan hampir dua jam yang lalu, Nata berpisah dengan mamanya secara baik. Senyum mengembang tanda baik hatinya kala itu. Semuanya berubah saat Rama mengatakan bahwa ia tak mengirim semua barang yang disebutkan oleh Nata.
Saat ini, Nata melepaskan hoodie yang tadi ia kenakan. Memangkunya di atas pangkuannya.