Kedua orang itu masih saling bertatapan. Keduanya berusaha untuk bersikap wajar satu sama lain, namun di dalam hati mereka masih sama-sama curiga terhadap satu sama lain. Rafael penasaran apakah Luna mengingat apa yang terjadi pada mereka di tangga darurat, sementara Luna was-was apakah sang tuan muda mengetahui jati dirinya yang sebenarnya.
Namun tentu saja tak ada yang berani bertanya.
"A-Apa Anda mau lanjut tidur, Tuan Muda? S-Saya akan rapikan tempat tidurnya—"
"Tidak perlu."
Rafael menyela ucapannya dengan cepat. Menahan langkah Luna yang hendak kembali ke tempat tidurnya.
"Kamu duduklah. Istirahat lagi. Sepertinya kamu masih belum sepenuhnya pulih. Setidaknya kepala kamu pasti masih sakit, bukan?"
Luna mengangguk. Akhirnya tak bisa menahan dirinya lagi, lalu dengan lemas menghempaskan tubuhnya ke atas tempat duduk.
"Memang masih sedikit pusing, Tuan Muda. Maafkan saya."