"Aku benar-benar akan menghubungi Gino sekarang untuk memintanya menyiapkan kamar untukmu. Lalu… memintanya untuk bantu menjemputmu ke sini."
Setelah membalut luka di kaki Luna, Rafael mengatakan hal itu. Dia masih saja berlutut di depan sang asisten yang tengah mabuk berat.
"Jadi sekarang kamu tenang aja. Jangan bicara yang aneh-aneh."
"Rafael?"
Sang CEO kembali berniat untuk mengambil ponselnya di saku. Namun tiba-tiba gerakan itu terhenti ketika bawahannya ini memanggilnya tanpa panggilan hormat seperti biasanya. Tak heran membuat pria itu mengernyitkan dahi sambil memandangnya.
"Hei, jangan kira hanya karena kamu mabuk, kamu bisa seenaknya padaku—"
Ucapannya terputus begitu saja, karena selanjutnya terjadi sesuatu yang tak terduga. Ketika Luna tiba-tiba meraih dasi yang dia pakai, lalu menariknya mendekat. Masih dalam hitungan mili detik yang mengejutkan terjadi lagi. Saat Luna menubrukkan bibirnya ke bibir tuan muda.
Seperti tersengat listrik.