"Raf, kamu dengarin aku dulu. Aku… aku…."
Sesampainya di ruangan Rafael, saat pintu tertutup, Luna langsung bicara dengan Rafael mengenai semua ini. Namun tentu saja tak semudah itu. Saat dia masih terkejut dengan semua ini, saat dia masih bingung. Karena dia bahkan tak mengerti bagaimana bisa hal seperti itu terjadi.
"Raf, aku…."
"Nggak papa. Kamu tenangkan diri kamu dulu, nanti saat lebih baik baru jelaskan apa yang terjadi padaku."
Rafael pun akhirnya berusaha untuk menengahi. Dia mengusap bahu perempuan itu, berusaha untuk menenangkannya.
"Sekarang kamu masuk ke ruangan dulu. Nanti akan kupesankan the hijau hangat untuk membuat kamu rileks, oke?" ucap pria itu sambil terus tersenyum dan memandangnya.
Hati Luna terenyuh. Di satu sisi memang dia masih terlalu terkejut dengan semua ini, namun di sisi lain dia harus mengakui kalau dirinya memang membutuhkan hal ini. Apalagi dari Rafael, orang yang paling harus mendapat penjelasan darinya mengenai semua ini.