Setelah menunggu dengan penuh kewaspadaan, Serra akhirnya dapat melihat sosok dari calon suaminya. Di mana sang tunangan yang tampak itu tampak berjalan dengan begitu elegan ke arahnya. Terlihat semakin menambah pesona dari setelan mahal di tubuhnya.
Namun ada satu masalah yang lebih penting daripada semua itu. Adalah ketika Serra memandang wajahnya, ekspresi pria itu lebih terlihat dingin dan tak ramah dari biasanya. Bahkan saat bertemu mata dengannya pun sorot mata itu begitu mematikan.
Rafael sedang marah.
Siapapun dapat melihat hal itu. Apalagi bagi Serra yang selama beberapa hari ini telah merasakan pengabaian dari sang calon suami. Apalagi karena dia menyadari kesalahannya sendiri yang mungkin menjadi penyebab dari sikap dingin ini.
"Rafael, terima kasih telah datang."
Sang CEO mengabaikan sapaannya. Dia malah mendudukkan tubuh di hadapan gadis itu. Tampak masih mempertahankan ekspresi yang keras di wajahnya.
"Tunggu sebentar. Aku akan pesan makanan untuk ki—"