Rafael tak pernah menyangka kalau ketika dia membuka pintu sebuah tangan akan menarik kerah kemejanya. Sama halnya dengan teriakan yang terdengar setelah itu.
"Rafael bodoh!"
Tentu saja sang Tuan Muda tampak kaget. Menatap gadis itu tak percaya. "A-Apa kamu bilang? B-Bodoh? Juga bisa-bisanya kamu memanggilku begitu. Kamu sudah gila ya—"
"Kenapa? Kamu tak terima? Sudah kubilang sebelumnya, bukan? Semua orang punya hati sama seperti dirimu. Kalau kamu nggak terima saat dibilang bodoh, maka artinya orang lain juga tidak akan menyukainya!" teriak Luna lagi padanya.
"Kapan kamu bilang begitu padaku?" Rafael berseru kesal padanya. "Tapi lupakan. Kamu ini kenapa? Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?"
"Tentu saja aku sadar. Memangnya aku amnesia seperti dirimu!?"
"A-Apa kamu bilang?!"
Rafael memiringkan wajahnya. Dia memeriksa gadis itu lebih seksama untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.