Agustus 2006.
"Kamu?"
"Kamu lagi?"
Baik Luna maupun Rafael memasang ekspresi yang sama di wajah mereka. Keduanya tampak sama-sama terkejut, tak menyangka, serta sebal. Tak ada yang menduga kalau mereka akan berhadapan lagi dengan cara seperti ini.
"Sepertinya kalian berdua sudah saling mengenal. Baguslah, jadi Bapak tidak perlu mengenalkannya lagi."
Luna dan Rafael kini mengalihkan pandangannya mereka pada seseorang yang berdiri di antara mereka. Seseorang yang menjadi alasan keduanya kembali saling berhadapan, setelah lagi-lagi saling mengabaikan selama dua minggu lebih pasca perdebatan di perpustakaan.
"Tunggu, Pak. Jadi anak yang akan menjadi mentor matematika saya tuh dia?" Luna menunjuk Rafael dengan tidak senang.
"Anak yang harus saya ajar si sombong ini?" sahut Rafael ikut merasa tak senang. Mengabaikan dengusan dari gadis itu.
