Emily memasang wajah kesalnya saat melihat sang kakak pertamanya yang tengah berbaring di luar gua, dengan tangannya yang dijadikan bantalnya. Ternyata ancaman yang kemarin ia berikan pada kakaknya itu tak berfungsi apapun, ia baru ingat kalau kakak yang pertamanya itu memiliki sikap seperti ayahnya, keras kepala dan tidak mau kalah.
Ia mencoba untuk mengerti dengan sikap kakaknya itu, tetapi kenapa kakaknya itu sangat tidak takut untuk ia benci? Emily mengacak rambutnya dengan kesal, harus bagaimana lagi agar membuat kakaknya itu pergi dari sini tanpa dirinya.
Saat melihat kedua mata Jeffa mulai mengerjap pelan, Emily dengan cepat masuk kembali ke dalam gua. Tak ingin kakaknya itu tahu kalau sedari tadi dirinya tengah menatapnya, kini di sini hanya ada dirinya dan juga sang kakak.
