Pagi ini Sean sudah berada di depan stand warung Bu Fatin, Sean sengaja datang lebih pagi hari ini lantaran di rumahnya tak ada lagi pekerjaan yang harus ia lakukan. Laki-laki itu memilih untuk duduk di sebuah kursi plastik milik Bu Fatin—yang biasa digunakan pelanggannya makan.
Jujur saja setelah pembicaraan kemarin bersama ayahnya, di mana mereka membicarakan Emily. Sean sampai saat ini pun masih merasa bersalah, benar memang yang dikatakan oleh ayahnya ia tak berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu.
Tetapi di sisi lain ini juga demi kebaikannya, kebaikan ayahnya. Setelah kejadian tempo hari Sean tak berharap banyak kalau hubungannya dengan Emily akan tetap baik-baik saja, karena ia yakin kalau gadis itu sangat kecewa kepadanya.
"Mana Emily?"
Tiba-tiba terdengar suara yang membuatnya malas, beribu-ribu malas. Laki-laki itu mendongak sekila lalu menatap ke arah lain, sangat malas melihat wajah sosok itu. Sontak saja perlakuan Sean tersebut membuat Bayu naik pitam.
