"Hai, cantik!"
Quinza menoleh ke sekitarnya, tak ada perempuan lain selain dirinya di sini dan otomatis panggilan tadi tertuju kepadanya. Gadis itu menoleh dan mendapati Jeffry tengah tersenyum manis ke arahnya.
Sebelah alis Quinza terangkat tanpa berniat membuka suaranya, terlebih lagi Quinza terlanjur malu saat kejadian di ruang meeter tadi. Pasti saat ini Jeffry akan menertawakannya karena disebut sebagai pembawa sial, Quinza menggeleng-gelengkan kepalanya cepat berharap pikiran itu tak bersarang di benaknya.
"Quinza, kamu cantik sekali."
Sama seperti sebelumnya, Quinza sama sekali tak berniat mengeluarkan suaranya dan ia juga tidak berniat untuk merespon laki-laki itu. Quinza menghentikan langkahnya membuat Jeffry tersenyum penuh arti, Jeffry pikir Quinza berhasil ia goda tetapi senyumannya langsung pudar begitu saja saat melihat gadis itu memasuki ruangan yang ia yakini itu adalah kamarnya.