Kini Emily berada di depan kamar orang tuanya, ditemani oleh Gabriel. Setelah merasa dirinya merasa tenang dan tentu saja Gabriel yang membuatnya merasa lebih tenang dan tak terus-terusan menangis, walau tak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini dirinya dipenuhi rasa bersalah.
Sedari tadi Emily menatap pintu kamar di depannya dengan ragu, bagaimana pun juga tadi malam dirinya hanya melihat sang ayah sebentar belum berbicara panjang lebar bahkan bertanya keadaannya pun belum sempat.
"Sampai kapan kamu diam di sini, Emily?"
Gadis itu menoleh kemudian menatap Gabriel seolah meminta bantuan pada laki-laki itu. Gabriel yang melihat itu lantas menghela napasnya, "kamu tidak perlu takut, bukankah kamu tadi juga sudah bertemu dengan Ayahmu, kan?"
"Tapi aku takut dengan Kak Jeffry," cicit gadis itu sembari menundukkan kepalanya.
Sebelah alis Gabriel terangkat. "Untuk apa kamu takut dengan Jeffry, Emily?"