Masih di hari yang sama dan di tempat yang sama, Sean masih berdiri di hadapan Geladis yang menenteng rantang itu. Ia melihat jelas perubahan raut wajah gadis itu, seharusnya ia tidak boleh keceplosan menyebut nama itu di hadapan Geladis karena itu sudah pasti akan membuat Geladis sedih seperti ini.
"Maaf—"
"Kenapa Kakak minta maaf?" gadis itu masih bisa tersenyum dengan lebarnya di saat mendengar ceplosannya tadi, ya walaupun hampir bukan sudah menceplos seperti itu.
"Aku pulang," pamit Sean kembali membalikkan badannya, namun dengan cekatan Geladis berjalan cepat dan berdiri di hadapan laki-laki itu sembari menyodorkan rantang tepat di depan wajah laki-laki itu.
"Terima ini dulu baru kamu boleh pulang," kata Geladis dengan sedikit memiringkan wajahnya lantaran terhalang oleh rantang yang berada di tangannya.
"Geladis, terima kasih banyak. Tapi, aku tidak ingin menerimanya."
"Kamu tenang saja, ini pemberian Mama bukan pemberianku."
