Ana berjalan berlahan-lahan menyusuri lorong gelap dengan penuh kewaspadaan. Ia berusaha membiasakan matanya melihat di dalam kegelapan dan tangannya memegang erat pedang. Cukup lama berjalan di lorong goa, Ana menyadari jika dirinya tidak berada di sebuah penjara bawah tanah maupun markas sihir hitam melainkan, berada di goa tak berpenghungi, tak terasa keberadaan seorangpun di tempat itu.
Tiba-tiba cahaya keperakan muncul dari dalam tasnya. Ana mengerutkan matanya heran lalu membuka tas kecilnya. Belatinya mengeluarkan cahaya terang yang membuatnya dapat melihat jelas dalam kegelapan.
"Kenapa belati ini bercahaya sendiri? aku tidak membaca tulisan kunonya?" gumamnya.
Beberapa kali cahaya di belati itu berkedip-kedip kemudian mengeluarkan sekilas sinar yang lurus ke depan seakan-akan menunjukan sebuah jalan. Sinar terang pada belatinya meredup dan menjadi sinar temaram laksana lentera yang kecil. Ana terpaku sejenak sambil berpikir, apakah belati itu menunjukan jalan keluar?