"Arlen!" seru Ana terlonjak kaget.
Matanya menatap jendela yang terbuka lebar. Sang pemuda yang semula berdiri di tepi jendela berjalan menghampirinya. Pemuda itu menaikkan alis matanya memandang Ana yang terduduk di tempat tidur. Kakinya berhenti melangkah di depannya, kedua tangannya bersilang, dan tatapan matanya penuh rasa ingin tahu.
"Jadi, apa yang kau katakan pada mereka?"
Ana menatap manik mata keemasan itu sejenak lalu menggelengkan kepalanya perlahan.
"Aku tidak mengatakan apa pun."
"Sungguh?"
Ana mengangguk dengan yakin. Arlen tersenyum puas akan jawaban Ana. Jika Ana sampai mengatakan yang sebenarnya tentang kematian monster, ia pasti tak akan lepas dari kecurigaan. Karena mereka baru saja mengalami penyerangan sihir hitam, apapun yang berbau sihir akan menjadi pelampiasan amarah mereka. Mereka akan menangkap Ana. Tentu saja, Arlen tidak mau hal itu terjadi. Apabila suatu hal menimpa Ana, mau tidak mau hal itu akan melibatkannya dan merepotkannya.