Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Best Friend, really?

🇮🇩didyieena
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.4k
Views
Synopsis
Persahabatan antara cowok dan cewek remaja memang tidak pernah nyata, ada saja dari salah satu pihak yang terlanjur jatuh cinta entah sebelum atau sesudah menjalin persahabatan. Namun, Kirei bersikeras bahwa hubungannya dengan Altan murni persahabatan, Kirei terus mengagung-agungkan nama Kaheel sebagai incarannya.
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Penunggu UKS

Kirei duduk berselonjor di atas kasur, membidik kedua kaki kurusnya dengan kamera handphone, lalu mengupload-nya ke story whatsapp.

"Penunggu UKS," gumamnya pelan, seraya menyeringai geli. Kirei menarik napas panjang, membenahi surai cokelat kemerahan yang panjangnya sebahu. Berusaha duduk dengan posisi lebih nyaman, ketika tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, buru-buru Kirei membaringkan diri menghadap jendela. Diletakkannya handphone di samping tempatnya berbaring.

"KI, LO NGGAK PAPA?" Suara berat khas milik remaja laki-laki bernama Altan dan suara bantingan pintu menyapa pendengaran Kirei, dengan kening berkerut Kirei membalikkan badan menghadap asal suara, makhluk tidak sopan itu sudah duduk di sampingnya berbaring.

"Lo ngapain di sini?" cecar Kirei dengan mulut menggerutu emosi.

"Jengukin lo lah, kata Nad lo sakit."

"Ya buat apa Altan? Lo pikir gue sakit beneran? Udah, udah sana pergi gue lagi males liat manusia!" usir Kirei.

"Ki, kalo akting ga usah totalitas banget dong gue ini beneran khawatir, sialan lo!"

"Altan, otan, atau apapun nama lo, tolong ya keluar dari sini. Gue berharapnya yang datang ke sini itu cogan, minimal Kaheel kek atau siapa gitu. Lah ini elo."

Altan menyentuh kening Kirei dengan telapak tangan, agak lama sembari membolak-balik tangannya memastikan suhu tubuh Kirei normal. "Sakit lo?" ejeknya. "Mimpi lo ketinggian tau nggak? Maunya dijengukin cogan, lagian siapa tuh Kaheel, dia aja nggak kenal sama lo," ujar Altan penuh penekanan, sembari mendorong kening Kirei dengan jari telunjuknya.

Menghela napas panjang, Kirei kini duduk bersandar. "Makanya Al, lo itu jangan kebanyakan mabok sama rumus sampe teman sekelas aja nggak kenal," tuduh Kirei.

"Lah ngaco nih anak, itu Nad apa bukan teman sekelas?"

"SELAIN NAD ALTAN!" ujar Kirei meninggikan intonasi biacaranya.

"Ya, emangnya harus apa gue ngapalin nama anak-anak di kelas? Nggak penting banget."

"Ya, penting lah, kalo lo tau sama Kaheel kan minimal gue bisa ceritain kalo gue suka sama Kaheel, jadi fungsi lo sebagai sahabat gue itu lebih nyata, paling enggak bisalah ngebantu gue ngedeketin Kaheel."

Altan menggaruk tengkuknya emosi kemudian bangkit berdiri. "Nggak, nggak perlu, mending gue mabok sama rumus seribu kali daripada harus tau lo suka sama siapa. Dan juga nggak usah nyuruh gue ngapalin nama-nama anak di kelas karena sekali lagi itu nggak penting." Lelaki itu melangkah menuju pintu.

"Eh, bentar-bentar, jadi maksud lo nama gue juga nggak penting? Eh, bener juga lo kan nggak pernah ingat nama lengkap gue," ucap Kirei tiba-tiba, menghentikan langkah kaki Altan di depan daun pintu.

"Kirei Dasha Freandini." Altan menoleh pada gadis imut, kecil, lucu yang bersandar di tempat tidur UKS, Altan melemparkan senyuman kesal. "Meskipun gue nggak tau apa fungsi lo dalam kehidupan gue itu nggak penting, intinya lo nggak usah berpikir gue pikun sama nama lo. Sekarang tutup mulut lo karena gue sibuk, kalo lo terlalu nggak ada kerjaan silakan tutup usia aja, karena gue udah males banget bolak-balik UKS cuma buat mastiin kalo sakit lo itu cuma akting."

Kirei tersenyum puas. "Walaupun kalimat lo ganas, tapi muka lo manis juga ya kalo senyum," goda Kirei.

Tidak luput helaan napas panjang Altan setiap kali berdialog dengan gadis resek yang kini ditatapnya geram. "Ki ... belum waktunya, nggak usah bikin gue suka sama lo pake rayuan nggak bermutu begitu."

Kirei tiba-tiba mengernyit. "Idih, pede banget, siapa yang godain lo, anjir?" elak Kirei. "Terus lo bisa nggak manggil nama gue dengan normal kaya teman-teman lain, jangan Ki, Ki apa gitu, boneka Chaki?"

"Haduh, iya lo lebih mirip boneka Chaki sih ketimbang manusia." Altan keluar dari ruang UKS sebelum Kirei menghantamkan sepatu ke kepalanya. Tempo hari punggung Altan sudah jadi korban, mungkin sudah saatnya Altan resign jadi teman Kirei, 24/7 bertemu Kirei membuat hidupnya tidak tenang, ada-ada saja siksaan yang dilancarkan gadis itu, belum lagi mulut cerewetnya yang minta diikat dengan dua karet seperti nasi padang.

-

"Nad?"

"Hm."

"Lo rasa hubungan gue sama Altan kelihatan gimana sih?"

"Kelihatan seperti monyet sama majikannya."

Kirei mendelik seram ke arah Nad, Nad menatap Kirei miris, sembari menghela napas ia melanjutkan memasukkan sumber karbohidrat ke mulutnya.

"Jadi maksud lo gue monyet?"

"Menurut lo?"

"Menurut gue ya biasa aja sih, gue yang anggun begini masa iya lo umpamain sebagai monyet, buta banget ya Nad mata lo."

"Gue beranggapan begitu dari perspektif netizen Rei, semua cewe di sekolahan terutama adek kelas yang centil iri sama lo, heran aja kenapa lo bisa sedekat itu sama Altan? Sampai-sampai mereka mengibaratkan lo sebagai monyet yang gelantungan mulu sama Altan–"

"Tapi kan lo tau ka–"

"Iya gue tau, mau gimana lagi Altan dikasih amanah begitu sama almarhum ayah lo."

Kirei mengehela napas berat. "Kemaren akun Instagram gue diserang anak-anak Seizen School."

"Lagi?" tanya Nad kaget, walau ia tidak heran lagi dengan hal semacam "jadi singa di sosmed, jadi tikus di kehidupan nyata" tapi ini sudah terlalu sering untuk Kirei.

"Iya, dan lagi-lagi pakai fake account."

"Tapi lo kok bisa tau kalo itu anak-anak Seizen?"

"Gue udah hapal Nad sama typing dan gaya bahasa mereka, gue cuma belum tau aja siapa dalang di balik semuanya, kalo gue tau udah gue cakar habis mukanya."

"Lo nggak pernah minta tolong sama kakak lo buat nyari tau pelaku aslinya? Siapa tau kontak yang dia pakai di fake account terhubung sama akun aslinya, jadi kita bisa laporin kejadian ini."

"Nad, nggak semudah itu ngelaporin kalo kita nggak punya bukti yang kuat, dan pelakunya juga nggak cuma satu orang, kalo ketangkap satu orang pun, belum tentu temen-temennya mau berhenti dan yang ketangkap pun juga pasti diancam buat nggak bocorin identitas mereka semua."

"Lo seyakin itu kayak udah tau aja siapa pelakunya, terus kenapa lo berspekulasi kalo yang ketangkap bakalan diancam bukannya mereka temen?" tanya Nad curiga.

"Circle pertemanan penyerang itu keras, Nad. Kalo ketangkap ya bakal mati sendirian, egoisme mereka tinggi, kalo lo sebagai salah satu tersangka dan ngebongkar identitas mereka semua, target penyerangan berikutnya adalah lo. Hal itu udah mutlak, Nad."

"Rei,... kenapa nggak minta bantuan dari keluarga lo? Ini bukan sekedar masalah kecil yang bisa selesai dengan cepat, lo nggak bisa biarin mereka keterusan menyerang dengan hoax semacam itu, harga diri lo Rei, selamatin itu."

"Belum waktunya, Nad. Gue tahu kapan gue harus bergerak, ngelibatin keluarga cuma bakal nambahin topik penyerangan mereka, masalah ini bakal terus berlanjut semisal gue kelihatan mulai melakukan perlawanan, maka dari itu setahun terakhir ini gue nyoba diam aja dan cuma cerita sama lo."

"Kenapa lo sepercaya itu sama gue? Emangnya lo yakin gue bukan salah satu dari mereka?" tanya Nad ringan kemudian menyedot cappuccino ice-nya.

Kirei menatap Nad sedikit ketir, ah mana mungkin Nad bisa berbuat sejahat itu, Nad sudah seperti saudara kandungnya sendiri, susah senang bersama sejak masih SMP, cuma Nad yang setia di sisi Kirei tanpa mengharapkan apapun.