"Retta, aku mau bicara denganmu!" ucap Matteo sambil setengah berteriak dan memegang pergelangan tangan Claretta.
Gadis itu mencoba berontak, tapi tenaganya kalah besar dengan lelaki yang mencekal pergelangan tangannya.
"Aku bukan siapa-siapa kamu, jadi bukan urusanmu. Ingat, setelah ke Gunung Cikuray itu, urusan kita selesai!" ucap Claretta dengan tegas, matanya tajam menatap wajah Matteo.
"Oke, tapi aku hanya ingin tahu apa hubunganmu dengan Imam. Agar aku tak perlu lagi berharap pada orang yang memang tak mengharapkanku," tutur Matteo dengan sendu. Matanya terlihat sedikit berkaca-kaca seperti menahan tangis.
"Iya, dia pacarku," jawab Claretta singkat.
Seketika Matteo melepaskan cengkraman tangannya dan Claretta pun pergi memasuki ruang kelasnya.
Hati Matteo begitu hancur, dia duduk di tangga yang sepi itu. Sesekali orang-orang yang melewatinya menatapnya dengan aneh. Ia tak peduli dengan orang-orang yang takkan mengerti dengan perasaannya saat ini.