"Kita masih beruntung, setidaknya kita masih aman sampai saat ini. Tinggal bagaimana caranya keluar dari ilusi ini," ucap Imam yang mendengar ungkapan Mirna.
"Iya, tapi sampai kapan? Ini masih kemarau, mana mungkin tiba-tiba saja ada hujan," tanya Mirna yang sudah sangat ingin keluar dari hutan dan gunung itu.
"Kamu pikir hanya kamu yang ingin pulang?! Kita semua sama di sini." Imam mulai naik pitam. Ia kesal dengan Mirna yang terus saja menuntut untuk pulang. Padahal kepala Imam juga sudah hampir pecah memikirkan jalan keluar dari masalah tersebut.
Mirna membeku seketika. Netranya mengembun mendengar kata-kata tajam dari Imam. Padahal ia merasa hanya khawatir pada keselamatan mereka. Seperkian detik kemudian, satu tetes air mata jatuh di pipi mulusnya. Ia segera menghapus jejaknya.
Bibirnya bergetar menahan tangis. Tak menyangka kalau Imam bisa bertindak kasar seperti itu.