Allice kemudian beranjak dari kamar tersebut, karena percuma ia pun tak bisa masuk. Pintunya dikunci dari dalam.
'Apa aku biarkan saja ya, Claretta ikut Bi Ijah,' gumam Allice dalam hati.
Ia jadi teringat dengan keinginan putrinya tersebut yang ingin liburan ke kampung halaman Bi Ijah. Terlihat di ruang tengah dan ruang tamu, wadah-wadah telah tersusun rapi. Allice kembali ke tempatnya, tinggal satu lemari besar berisi piala penghargaan yang merupakan bagian dari ruang tamu.
"Memangnya kampung Bibi itu nggak berbahaya ya?" tanya Allice kepada asisten rumah tangganya tersebut.
Ia seolah tak percaya dengan daerah yang biasa disebut perkampungan itu. Ia takut kalau Claretta tersesat jalan dan kembali ke peraduan.
"Iya, kalau menurut Bibi sih aman-aman aja, Nya. Enggak ada yang perlu dikhawatirkan di rumah," jawab Bi Ijah.
Mereka terlihat begitu akrab, meskipun dalam hati Allice masih dongkol kepada teman-teman arisannya tadi.