Nafasnya tersengal-sengal bagaikan telah berlari maraton dari mana ke mana.
"Kenapa dia harus datang lagi sih?" ujar Claretta kesal.
"Sebenarnya dia itu siapa? kenapa selalu menggangguku!" gerutu Claretta yang kesal dengan mimpinya tersebut.
Entah mengapa ia merasa tak bisa lepas dari bayangan bersama Brixton. Padahal sudah berkali-kali ia selalu mencoba untuk menenangkan diri agar tidak terbawa halusinasi ke alam mimpi.
Ia menyadari kalau memang akhir-akhir ini sering memikirkan dua nama itu, yaitu Brixton dan Matteo. Tapi, ia juga tidak sampai berharap Brixton masuk dalam mimpinya. Apalagi dalam keadaan yang menyeramkan sekali seperti tadi.