Matteo dan teman-temannya masih berada di dalam kelas. Mereka mengobrol tentang kejadian tadi di bangku masing-masing. Bersama kelompoknya juga.
Sementara itu, Matteo hanya melamun dengan apa yang baru saja terjadi. Ia sangat merasa bersalah karena membuat acara mengungkapkan rasa cinta seperti tadi. Padahal maksudnya baik, ingin membuat kenangan terindah buat mereka berdua.
Ia tak menyangka hal tadi akan jadi seperti itu. Jauh dari bayangannya. Padahal ia tahu kalau ibu Claretta tak menyukainya. Ia tak berpikir sejauh itu. Membayangkan kalau Allice tiba-tiba datang dan menghancurkan semuanya. Juga, menyeret Claretta ke mobil layaknya anak kecil.
'Bodoh, kenapa aku enggak berpikir bagaimana respon ibunya Claretta, ya,' gumam Matteo dalam hati yang menyalahkan dirinya sendiri.
Wilder sedang duduk dengan ketiga temannya. Ia melirik ke arah Matteo yang hanya duduk termenung di bangkunya. Seperti orang yang kehilangan semangat hidup.
