"Ayo, turun, Retta," ajak Allice saat mobil telah sampai di halaman rumah.
Claretta yang sejak tadi menahan air matanya agar tak tumpah segera keluar dari mobil. Ia berjalan cepat menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.
Allice yang melihat putrinya langsung pergi, segera menyusul. Ia ingin menjelaskan apa maksudnya berbuat seperti itu. Itu semua dia lakukan demi kebaikan Claretta.
"Retta, dengarkan dulu apa maksud Mama, Nak!" ujar Allice setengah berteriak dari belakang Claretta.
Gadis itu tak memperdulikan ibunya, ia yang sudah menaiki tangga malah mempercepat langkahnya. Sesampainya di depan kamar, ia segera membuka pintunya dan masuk.
Setelah itu, menguncinya dari dalam. Air mata seketika lirih dari pelupuk matanya. Ia menangis sejadinya. Bukan hanya kesal, tapi malu dengan sikap ibunya. Terbayang saat ia diseret ke mobil dan semua mahasiswa dari berbagai fakultas menatap penuh tanya.