"Nak, lekas bangun yuk! Kami menunggu kamu dengan tawa dan ceriamu, nak!" batin Yunki yang sangat sakit ketika semua ini menimpa pada keluarganya.
Yunki bangun dari duduknya dan menghampiri aku yang sedang berdiri menatap Hani yang belum juga sadar.
"Jangan terlalu sedih sayang," bisik Yunki di telingaku dan memelukku dari belakang.
"Bagaimana tidak sedih, Hani selalu ceria walaupun sering sekali terdiam dalam beberapa waktu," ucap aku dengan suara pelan.
Yunki mempererat pelukannya. "Aku tau apa yang kamu rasakan dan kita hanya bisa berdoa pada Tuhan," kata Yunki.
Aku tidak pernah tau kalau sesuatu seperti ini akan terjadi pada Hani, tapi aku selalu tau kalau suatu saat Hana dan Hani akan mengetahui siapa ibu kandung yang sebenarnya. Aku memang pantas mendapatkan perkataan yang di ucapkan oleh Hana dan Hani saat itu, aku juga selalu sadar kalau aku memang seorang pembunuh tapi aku bukan pembunuh yang sebenarnya. Semua sudah menjadi takdir dari Tuhan.