Bi Ika masih merasa tidak enak mendonorkan darahnya pada suamiku, tapi mau bagaimana lagi.
"Aku mengizinkan bibi mendonorkan darah pada suamiku, tapi apa bibi benar-benar rela mendonorkan darahnya untuk suamiku?" aku berbalik tanya pada bi Ika.
"Tentu rela nyonya, karena ini dari hati bibi," jawab bi Ika dengan tegas.
"Terima kasih bi," aku menyentuh tangan bi Ika.
"Sama-sama nyonya," ucap bi Ika sambil tersenyum.
"Ya udah kalau begitu bibi ikut saya," kata suster itu.
"Baik suster!"
Suster itu melangkah terlebih dahulu lalu aku dan bi Ika mengikuti langkah suster itu dari belakang, sambil mendorong stroller masing-masing.
Sampai di depan ruangan untuk mengecek golongan darah. Aku menggenggam tangan bi Ika dan berkata. "Bi, terima kasih," kata aku yang benar-benar sangat berterima kasih pada bi Ika.
"Sama-sama nyonya!" Bi Ika menggenggam tanganku juga.