"Tuhan, tolong permudah lahiran pertamaku," batinku.
"Jadi mau Caesar aja?" tanya Dokter pada Yunki.
"Cepat keluarkan bayiku, aku sangat sakit," jawabku yang masih merasakan sakit.
Sejam kemudian.
Terdengar suara bayi dan aku langsung meneteskan air mata. Yunki juga ikut meneteskan air mata lalu mencium keningku dengan cukup lama. Air mata Yunki jatuh tepat di pipiku.
Yunki melepaskan ciumannya di keningku lalu menatapku dengan dalam. "Terima kasih sayang," ucap Yunki yang masih menangis.
"Sama-sama," aku tersenyum dengan meneteskan air mata lagi.
"Selamat Tuan dan Nyonya, bayinya lelaki dan kembar dua," ucap salah satu suster yang sedang mengecek infusan aku.
"Kembar lagi," gumam Yunki sambil tersenyum.
"Akhirnya aku enggak perlu lahiran lagi," ucapku sambil bernafas lega.
Yunki langsung mengerutkan keningnya dan menatapku dengan sinis. "Maksudnya gimana ini? Kenapa enggak mau lahiran lagi?" tanya Yunki yang penuh penekanan.
