Sembilan bulan kemudian.
Kandungan aku udah sangat membesar dan menunggu lahiran.
"Sayang, aku udah siapkan sarapan untuk kamu," ucap Yunki yang agak berteriak.
"Oke sayang," teriak aku dari kamar mandi.
Semenjak kandungan aku berusia lima bulan, aku udah mulai makan nasi dan tidak mencium bau apapun dari nasi. Namun, semenjak itu aku enggak mau makan di ruang makan. Entah kenapa dengan kandungan aku yang aneh ini, jadi aku kalau makan selalu di kamar namun tidak di tempat tidur. Tapi di sofa dekat pintu kamar.
Aku baru selesai mandi dengan handuk di tubuhku. "Kok enggak sarapan bareng?" tanyaku setelah keluar dari kamar mandi.
Yunki melirikku. "Kita sarapan bareng kok sayang," jawab Yunki sambil melangkah menghampiriku.
"Kirain enggak makan bareng," aku memanyunkan bibirku.
CUP!
Yunki mencium bibirku lalu mengusap-usap perut besarku. "Ayo baby keluar biar ibu enggak merengek manja seperti itu lagi," ucap Yunki.