Pagi sekali, ketika matahari baru mulai pecah menghangatkan seantero jakarta, Daniel sudah rapi mengenakan jas kebanggaannya.
Dasi biru muda menjulur memagari tengah dadanya. Daniel mengeratkan tali dasinya sambil menatap keseluruhan wajahnya di balik cermin.
"Aku akan buktikan! Bahwa aku bisa tanpa wanita itu! Dia bukan wanita yang pantas untuk aku!" Cetus Daniel menepis rasa kagumnya terhadap Citra.
Meski mulutnya bercetus seperti itu, tapi hati kecilnya tak bisa ia bohongi.
Daniel tak mau menatap wajahnya lama-lama lagi.
Semakin lama ia berdiri di hadapan cermin, semakin besar juga ia melihat kekalahan dalam dirinya.
Langkahnya tegak menuruni anak tangga, di lihatnya seluruh ruangan rumah masih sepi dan meja makan masih kosong sekali.
Beberapa pembantu rumah tangga sedang sibuk-sibuknya kerja bercutat dengan alat-alat masak.
Sedang Daniel tak mau menunggu lama lagi, tanpa mengisi perutnya, ia pergi ke kantor lebih pagi dari waktu yang telah di tentukan.