Diang hari, dengan sorot matahari masuk kecelah kamar Citra, menambah suasana hati Citra semakin panas juga.
Citra mendongak ke atas langit-langit kamarnya, masih tersisa satu sampai dua tetes air mata di kelopaknya karena belum bisa menerima atas ucapan ayahnya yang sangat menggetarkan hatinya.
'Kenapa ayah bicara seperti itu? Padahal aku benar-benar tidak mau menikah! Semua lelaki sama! Biadab! Jahat!'Pikir Citra masih trauma atas tingkah Daniel kepadanya.
Apa lagi Citra harus mempertimbangkan segalanya untuk kedua anaknya.
Citra tak mau kedua anaknya harus tersingkir kalau dia memiliki suami yang tidak sedarah dengan anak-anaknya.
Jelas hari itu Citra nampak kacau, menyimpan lengannya di atas kening menyawang jauh dengan rasa kepedihan.
"Andai masih ada ibu di sini, Citra mungkin tidak akan merasa sendiri!" Ucapnya lirih sambil menengadahkan matanya ke atas langit-langit kamar.