Pagi itu, di saat kesehatan Daniel mulai pulih, wajahnya nampak sesegar matahari yang membentang melingkupi seluruh balkon ruangan rawat inapnya. Daniel tak sengaja menikmati pemandangan seluruh ibu kota dari kejauhan.
Masih dalam keadaan di atas blankar rumah sakit, punggungnya setengah menyender beralaskan bantal berbalut kain putih. Meregang dengan kaki terlentang.
Pandangannya larut oleh semesta. Mengingat semua kejadian sebelumnya, ia merasa ada hikmah di balik semuanya. Walau lengannya terasa masih ngilu dan sakit menjalar ke seluruh rongga punggungnya, tapi syukur tiada henti ia panjatkan.
Karena dengan kejadian itu, Daniel melihat masih ada setitik kasih sayang di lubuk hati Citra yang terpendam dan mulai mencuat terlihat di dasar mata Daniel.
"Citra!" gumamnya sambil menarik senyumannya ringan. Ia menggelengkan kepalanya kosong, tersenyum sendiri membayangkan hadirnya bidadari tak bersayap itu.
